-
KemenPPPA memastikan belasan anak yang sempat ditangkap karena diduga terlibat kerusuhan di DPRD Cirebon dibebaskan dari tuntutan hukum.
-
Menteri PPPA Arifah Fauzi menyebut anak-anak itu tidak berniat ikut demo, melainkan terprovokasi oleh ajakan teman dan siaran TikTok Live.
-
Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana provokasi digital dapat menyeret anak-anak ke situasi berisiko tanpa mereka memahami konteksnya.
Suara.com - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) memastikan belasan anak yang sempat ditangkap karena disangka terlibat dalam kerusuhan di Gedung DPRD Kabupaten Cirebon pada akhir Agustus lalu dipastikan bebas dari tuntutan hukum.
Menteri PPPA Arifah Fauzi mengungkapkan kalau anak-anak itu mulanya sempat akan diperkarakan oleh Ketua DPRD Cirebon karena disangka ikut dalam kerusuhan dan mencuri barang-barang dari gedung.
Namun, setelah dilakukan pendalaman, Arifah memastikan kalau anak-anak tersebut tidak terlibat sebagai pelaku pembakaran juga penjarahan.
"Yang mengajukan untuk diproses secara hukum, kalau gak salah, ketua DPRD. Tapi setelah kita negosiasi, kita menceritakan apa adanya, akhirnya tidak jadi. Ketua DPRD tidak jadi menuntut karena tahu bahwa anak-anaknya sebetulnya tidak punya niatan untuk melakukan itu," ucap Arifah saat memaparkan capaian 1 tahun Kementeria PPPA, Rabu (29/10/2025).
Arifah mengungkapkan kalau dirinya bertemu langsung dengan anak-anak yang sempat diamankan tersebut. Dari hasil pendampingan dan klarifikasi di lapangan, anak-anak itu awalnya tidak berniat ikut demonstrasi. Mereka hanya mengikuti ajakan teman atau menonton keramaian setelah melihat siaran langsung demo di TikTok.
“Anak-anak itu terprovokasi dari gadget. Ada yang sedang beli pulsa lalu diajak temannya untuk nonton demo. Ada juga yang melihat TikTok Live dan ikut datang ke lokasi. Begitu sampai, gedungnya sudah terbakar,” kata Arifah.
Sebagian anak kemudian terseret situasi tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya melihat banyak orang mengeluarkan barang-barang dari gedung yang sudah terbakar dan diminta ikut membawa oleh orang dewasa yang tidak dikenal.
“Satu anak cerita, dia disuruh bapak-bapak bawa kursi. Dia bilang rumahnya kecil, tapi orang itu bilang, ‘gak apa-apa, yang penting bawa aja’. Ketika baru mau taruh di motor, sudah ada yang nawar Rp100 ribu. Uangnya hanya dipakai untuk jajan,” tutur Arifah.
Kejadian serupa dialami anak lain yang disuruh membawa TV monitor dari lokasi kejadian. Saat baru akan membawa barang itu dengan motor, kembali ada orang yang menawar untuk membeli.
Baca Juga: Ajak Anak Muda Berpikir Kritis, Hasto: Tantangan Apa yang Harus Kita Jawab...
Menurut Arifah, kasus ini menjadi contoh nyata dampak provokasi digital terhadap anak-anak, yang dengan mudah terseret situasi tanpa memahami konteksnya. Ia menegaskan bahwa anak-anak tersebut tidak memahami isi demonstrasi maupun penyebab kerusuhan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Hoka Ori, Cushion Empuk Harga Jauh Lebih Miring
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera
-
BNI Raih Apresiasi Kementerian UMKM Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
-
BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG
-
Komisi III Kritik Usulan Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa DPR: Absennya Pemaknaan Negara Hukum
-
Kritik Keras Perkap 10/2025, Mahfud MD Sebut Tidak Ada Dasar Hukum dan Konstitusionalnya