- Asfinawati menilai dalih Kejaksaan Agung soal bukti lemah tidak masuk akal.
- Ia menuding motif politik menjadi penghambat utama penuntasan kasus HAM.
- Komnas HAM juga didorong untuk lebih gencar mengedukasi publik mengenai perannya.
Ia mencontohkan kejanggalan dalam penanganan kasus berdarah di Paniai, Papua.
Dalam tragedi yang terbukti meluas dan sistematis, pengadilan hanya menghadirkan satu orang terdakwa.
Fakta ini dinilai sangat tidak masuk nalar dan mencederai rasa keadilan korban.
Padahal, hasil penyelidikan Komnas HAM saat itu mengindikasikan setidaknya ada lima orang yang terindikasi kuat sebagai pelaku pidana.
“Satu orang bisa membuat sistematis. Ini yang ngaco siapa? Komnas HAM? Komnas HAM waktu itu menentukan ada pelaku di dalam kasus itu,” ungkapnya.
Di lain sisi, Asfinawati juga memberikan catatan kritis bagi Komnas HAM.
Menurutnya, lembaga ini perlu lebih gencar melakukan edukasi dan kampanye kepada publik mengenai peran dan kewenangannya sesuai undang-undang.
Hal ini penting agar masyarakat memahami alur penegakan hukum kasus HAM berat dan tidak turut terjebak dalam persepsi keliru yang dibangun selama ini.
“Jadi Komnas HAM kurang kampanye juga. Tapi artinya saya mau mengatakan ini gak masuk akal sama sekali logikanya,” tandasnya.
Baca Juga: Jadi Lingkaran Setan Kekerasan, Kenapa Pelanggaran HAM di Indonesia Selalu Terulang?
Berita Terkait
-
Jadi Lingkaran Setan Kekerasan, Kenapa Pelanggaran HAM di Indonesia Selalu Terulang?
-
Fakta Kelam Demo Agustus: 3.337 Orang Ditangkap dan Ada yang Tewas, Rekor Baru Era Reformasi?
-
Asfinawati Sebut Penegakan HAM di Indonesia Penuh Paradoks, Negara Pelanggar Sekaligus Penegak!
-
Komnas HAM Dorong Revisi UU untuk Atasi Pelanggaran HAM, Diskriminasi, dan Kekerasan Berbasis Gender
-
Komnas HAM: Gelar Pahlawan Soeharto Cederai Sejarah Pelanggaran HAM Berat dan Semangat Reformasi
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
Terkini
-
Video Aksi Koboi di Tebet, Pulang Kerja Dihadang dan Diancam Tembak
-
Ribka Tjiptaning Dilaporkan ke Bareskrim, Organisasi Sayap PDIP Singgung Pembungkaman Suara Kritis
-
Dipolisikan Buntut Ucapan Soeharto Pembunuh Rakyat, Ribka PDIP Tak Gentar: Dihadapi Saja
-
Diprotes Dewan, Pramono Bantah Ada Pemangkasan Anggaran Subsidi Pangan di 2026
-
Prabowo Terima Kunjungan Mantan PM Australia di Hotel Tempat Menginap, Ini yang Dibahas
-
Angka Perkawinan Anak Turun Jadi 5,9 Persen, KemenPPPA Waspadai Perubahan ke Nikah Siri
-
Jadi Lingkaran Setan Kekerasan, Kenapa Pelanggaran HAM di Indonesia Selalu Terulang?
-
Tindak Setegas-tegasnya! Geram Gubernur Pramono Soal 3 Karyawan Transjakarta Dilecehkan
-
Panas di Senayan: Usulan BPIP Jadi Kementerian Ditolak Keras PDIP, Apa Masalahnya?
-
Ahmad Luthfi Komitmen Berikan Pemberdayaan Kepada Perempuan