News / Nasional
Senin, 17 November 2025 | 13:03 WIB
Ilustrasi siswa SMP. [Ist]
Baca 10 detik
  • Siswa SMPN di Tangerang Selatan, MH (13), meninggal dunia setelah dirawat intensif, yang diduga kuat akibat kekerasan fisik fatal berupa pukulan kursi besi di kepala oleh temannya
  • Korban diduga telah mengalami serangkaian perundungan, mulai dari kekerasan fisik ringan hingga berat, yang terjadi sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)
  • Meskipun sempat dimediasi oleh pihak sekolah dan dinas pendidikan, kasus ini kini ditangani oleh pihak kepolisian untuk mengusut tuntas unsur pidana di balik kematian korban

Suara.com - Dunia pendidikan kembali berduka. Seorang siswa kelas I SMP Negeri di Tangerang Selatan berinisial MH (13), menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (16/11/2025) pagi, setelah sepekan lebih berjuang dalam kondisi kritis di ruang ICU Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.

Kematian tragis ini diduga kuat merupakan puncak dari serangkaian aksi perundungan brutal yang dialaminya di sekolah.

Kabar duka ini dikonfirmasi oleh kuasa hukum keluarga korban, Alvian Adji Nugroho.

"Meninggal pada pukul 06.00 pagi,” ujar Alvian melalui keterangan yang diterima awak media.

Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, juga membenarkan informasi tersebut. “Ya, saya tahu tadi pagi dari staf saya,” ucapnya singkat.

Kematian MH membuka kotak pandora penderitaan yang selama ini ia pendam. Menurut pengakuan keluarga, MH telah menjadi target perundungan oleh temannya sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Namun, karena sifatnya yang pendiam dan tak ingin membebani ibunya yang juga sedang sakit, MH memilih untuk diam.

Puncak Kekerasan dan Kronologi Kejadian

Tragedi yang merenggut nyawa MH diduga berawal dari insiden kekerasan fisik paling parah yang terjadi pada Senin, 20 Oktober 2025. Saat itu, kepala korban diduga dipukul menggunakan kursi besi oleh teman sekelasnya saat jam istirahat.

Baca Juga: Kasus SMPN 19 Tangsel Jadi Pengingat Keras: Bullying Nggak Pernah Sepele

Rizky, kakak korban, menuturkan bahwa adiknya baru berani bercerita sehari setelah kejadian, ketika kondisinya mulai memburuk

“Sejak MPLS sudah mulai diganggu. Yang paling parah itu kejadian tanggal 20 Oktober, kepalanya dipukul pakai kursi,” ungkap Rizky.

Ibunda korban, Y (38), mulai curiga saat melihat gerak-gerik anaknya yang aneh dan sering linglung saat berjalan pada Selasa (21/10).[4] Setelah didesak,

MH akhirnya mengaku telah menjadi korban kekerasan. Tak hanya dipukul kursi, ia juga mengaku sering ditusuk tangannya, ditendang, hingga dipukul punggungnya.

Melihat kondisi anaknya, pihak keluarga segera melapor ke sekolah pada Rabu, 22 Oktober 2025. Pihak sekolah kemudian memfasilitasi mediasi antara keluarga MH dan keluarga terduga pelaku.

"Selesai pihak si pelaku mau bertanggung jawab sampai sepenuhnya untuk biaya pengobatan," ujar Rizki.

Load More