News / Nasional
Senin, 24 November 2025 | 14:22 WIB
Bunga Rafflesia. (Dok. BRIN)
Baca 10 detik
  • Peneliti Indonesia melakukan pemetaan genom penuh pada spesies Rafflesia, termasuk yang mekar di Sijunjung, Sumatra Barat.
  • Riset kolaboratif ini menggunakan metode Whole Genome Sequencing untuk memahami kekerabatan genetik 13 sampel Rafflesia.
  • Populasi Rafflesia ditemukan tumbuh di luar taman nasional, menekankan pentingnya konservasi berbasis masyarakat setempat.

Suara.com - Upaya untuk mengungkap asal-usul dan keragaman genetik bunga Rafflesia kini memasuki babak baru yang lebih canggih. Tim peneliti Indonesia berhasil melakukan pemetaan genom skala penuh pada beberapa spesies Rafflesia, termasuk Rafflesia hasseltii yang ditemukan mekar di Hutan Nagari, Sijunjung, Sumatra Barat pada awal November lalu.

Riset yang dijalankan melalui kolaborasi lintas lembaga ini melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Bengkulu, hingga Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. Proyek ini bahkan menjadi bagian dari proyek internasional yang menelusuri kekerabatan seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara, dengan dukungan pendanaan dari University of Oxford.

Proyek Ambisius Lintas Negara

Saat ini, ada 16 jenis Rafflesia yang tercatat hidup di Indonesia, dan 13 sampel di antaranya telah berhasil dikumpulkan untuk dianalisis seluruh genomnya. Menurut peneliti BRIN, Joko Ridho Witono, pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS) atau pemetaan seluruh DNA menjadi kunci utama dalam penelitian ini.

“Ini merupakan bagian dari upaya kami memahami hubungan kekerabatan genetik antar jenis Rafflesia dan memastikan konservasinya di habitat asli,” ujar Joko.

Temuan Mengejutkan: 'Harta Karun' di Luar Taman Nasional

Salah satu momen krusial muncul ketika tim melakukan survei di Bengkulu dan Sumatra Barat. Di Sijunjung, para peneliti berhasil mendokumentasikan Rafflesia hasseltii yang sedang mekar di sebuah hutan adat yang dikelola oleh masyarakat.

Temuan tersebut sontak memperkuat dugaan bahwa banyak populasi Rafflesia justru hidup di luar kawasan konservasi resmi. Beberapa bahkan ditemukan tumbuh di kebun kopi dan sawit milik warga.

“Ini menegaskan bahwa konservasi Rafflesia tidak bisa hanya mengandalkan taman nasional, pendekatan konservasi berbasis masyarakat juga sangat diperlukan,” ujar Joko.

Baca Juga: Kapasitas, Bukan Politik: Dua Alasan Utama di Balik Penunjukan Arif Satria Sebagai Kepala BRIN

Tantangan Berburu si 'Pemalu' yang Sulit Ditemui

Karena Rafflesia adalah tumbuhan parasit yang tidak memiliki daun atau batang sendiri, bergantung penuh pada inangnya, dan hanya berbunga selama beberapa hari, pencarian Rafflesia dalam kondisi mekar menjadi tantangan tersendiri.

“Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau dalam bentuk knop bukan hal mudah. Dibutuhkan informasi dari masyarakat setempat yang menjadikan faktor penentu keberhasilan penelitian agar tidak sia-sia,” tambah Joko.

Misi Jangka Panjang: Indonesia Jadi 'Pusat Dunia' Rafflesia

Melalui riset genom skala besar ini, Indonesia tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin regional dalam studi dan konservasi Rafflesia. Kolaborasi internasional dan kepemimpinan BRIN dalam pengelolaan data genetik menjadi bukti penting bahwa Indonesia dapat tampil sebagai pemain utama dalam diplomasi ilmiah global.

“Kami berharap Indonesia bisa menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia. Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang kuat, kita bisa memastikan bunga langka ini tetap lestari,” ujar Joko.

Load More