- Peneliti Indonesia melakukan pemetaan genom penuh pada spesies Rafflesia, termasuk yang mekar di Sijunjung, Sumatra Barat.
- Riset kolaboratif ini menggunakan metode Whole Genome Sequencing untuk memahami kekerabatan genetik 13 sampel Rafflesia.
- Populasi Rafflesia ditemukan tumbuh di luar taman nasional, menekankan pentingnya konservasi berbasis masyarakat setempat.
Suara.com - Upaya untuk mengungkap asal-usul dan keragaman genetik bunga Rafflesia kini memasuki babak baru yang lebih canggih. Tim peneliti Indonesia berhasil melakukan pemetaan genom skala penuh pada beberapa spesies Rafflesia, termasuk Rafflesia hasseltii yang ditemukan mekar di Hutan Nagari, Sijunjung, Sumatra Barat pada awal November lalu.
Riset yang dijalankan melalui kolaborasi lintas lembaga ini melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Bengkulu, hingga Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. Proyek ini bahkan menjadi bagian dari proyek internasional yang menelusuri kekerabatan seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara, dengan dukungan pendanaan dari University of Oxford.
Proyek Ambisius Lintas Negara
Saat ini, ada 16 jenis Rafflesia yang tercatat hidup di Indonesia, dan 13 sampel di antaranya telah berhasil dikumpulkan untuk dianalisis seluruh genomnya. Menurut peneliti BRIN, Joko Ridho Witono, pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS) atau pemetaan seluruh DNA menjadi kunci utama dalam penelitian ini.
“Ini merupakan bagian dari upaya kami memahami hubungan kekerabatan genetik antar jenis Rafflesia dan memastikan konservasinya di habitat asli,” ujar Joko.
Temuan Mengejutkan: 'Harta Karun' di Luar Taman Nasional
Salah satu momen krusial muncul ketika tim melakukan survei di Bengkulu dan Sumatra Barat. Di Sijunjung, para peneliti berhasil mendokumentasikan Rafflesia hasseltii yang sedang mekar di sebuah hutan adat yang dikelola oleh masyarakat.
Temuan tersebut sontak memperkuat dugaan bahwa banyak populasi Rafflesia justru hidup di luar kawasan konservasi resmi. Beberapa bahkan ditemukan tumbuh di kebun kopi dan sawit milik warga.
“Ini menegaskan bahwa konservasi Rafflesia tidak bisa hanya mengandalkan taman nasional, pendekatan konservasi berbasis masyarakat juga sangat diperlukan,” ujar Joko.
Baca Juga: Kapasitas, Bukan Politik: Dua Alasan Utama di Balik Penunjukan Arif Satria Sebagai Kepala BRIN
Tantangan Berburu si 'Pemalu' yang Sulit Ditemui
Karena Rafflesia adalah tumbuhan parasit yang tidak memiliki daun atau batang sendiri, bergantung penuh pada inangnya, dan hanya berbunga selama beberapa hari, pencarian Rafflesia dalam kondisi mekar menjadi tantangan tersendiri.
“Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau dalam bentuk knop bukan hal mudah. Dibutuhkan informasi dari masyarakat setempat yang menjadikan faktor penentu keberhasilan penelitian agar tidak sia-sia,” tambah Joko.
Misi Jangka Panjang: Indonesia Jadi 'Pusat Dunia' Rafflesia
Melalui riset genom skala besar ini, Indonesia tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin regional dalam studi dan konservasi Rafflesia. Kolaborasi internasional dan kepemimpinan BRIN dalam pengelolaan data genetik menjadi bukti penting bahwa Indonesia dapat tampil sebagai pemain utama dalam diplomasi ilmiah global.
“Kami berharap Indonesia bisa menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia. Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang kuat, kita bisa memastikan bunga langka ini tetap lestari,” ujar Joko.
Berita Terkait
-
Universitas Oxford Dikritik Imbas Tak Cantumkan Nama Peneliti Indonesia Terkait Bunga Langka
-
Saat 'Luka Bakar' Gambut Sumatra Selatan Coba Disembuhkan Lewat Solusi Alam
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
13 Tahun Pencarian, Peneliti Menangis Tersedu-sedu Menemukan Bunga Rafflesia Mekar di Hutan Sumatra
-
Teknologi DNA Jadi Kunci Selamatkan Hiu dan Pari, Tapi Indonesia Terkendala Biaya
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
Sandiwara Licik Ayah Tiri Alvaro: Usai Membunuh, Pura-pura Cari 'Orang Pintar' hingga Lapor Polisi
-
Terkuak Usai Kecelakaan! Ini Asal-Usul Lencana Polri di Mobil Pembawa 75 Ribu Ekstasi
-
Maraton Politik Prabowo - Dasco: Tancap Gas 3 Pertemuan Sepekan Bahas Apa Saja?
-
KPK Pertanyakan Keabsahan Praperadilan Paulus Tannos yang Sempat Jadi Buronan
-
Tiba di Jakarta, Ibu Kandung Jalani Tes DNA Penentu Identitas Kerangka Diduga Alvaro Kiano
-
Fakta-fakta Horor 8 Bulan Alvaro Kiano: Ditemukan Jadi Kerangka, Ayah Tiri Bunuh Diri di Sel Polisi
-
Fakta Baru Pembunuhan Bocah Alvaro: Suara Ayah Tiri Dikenali Marbot, Ancaman Maut di Balik Tragedi
-
Nadiem Coret Hotman Paris Jadi Kuasa Hukum, Tunjuk Eks Mantan Pengacara Tom Lembong di Persidangan
-
Komisi III DPR dan Pemerintah Sepakat Kebut RUU Penyesuaian Pidana, Kapan Selesai Target?
-
Ayah Tiri Pembunuh Bocah 6 Tahun Akhiri Hidup di Penjara, Ini Kronologi Kasus Alvaro Pesanggrahan