News / Nasional
Senin, 01 Desember 2025 | 17:56 WIB
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani. (tangkap layar)
Baca 10 detik
  • Kepala BMKG menjelaskan penyebab banjir bandang dan longsor di Sumatera baru-baru ini kepada Komisi V DPR RI.
  • Intensitas hujan akhir November sangat ekstrem, melebihi akumulasi hujan satu setengah bulan dalam sehari.
  • Fenomena cuaca ekstrem ini dihubungkan dengan ancaman siklon tropis yang kini menjadi tantangan baru Indonesia.

Suara.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, membeberkan penyebab utama bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera baru-baru ini.

Hal itu disampaikan Faisal dalam rapat bersama Komisi V DPR RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/12/2025).

Ia menjelaskan, bahwa intensitas hujan yang turun pada akhir November lalu mencapai tingkat yang sangat ekstrem, bahkan setara dengan akumulasi hujan selama satu setengah bulan yang turun hanya dalam satu hari.

Faisal menunjuk data curah hujan di wilayah Aceh, khususnya Kabupaten Bireuen, yang mencapai angka fantastis pada periode 25 hingga 27 November.

"Nah, ini yang tadi disampaikan oleh Ketua Komisi V, bahwa tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya," ujar Faisal dalam rapat.

Ia mengatakan, kondisi tanah yang tidak sanggup menampung volume air yang begitu besar dalam waktu singkat menjadi pemicu utama bencana hidrometeorologi masif di wilayah tersebut.

"Jadi ini tumpah dalam satu hari dan bayangkan itu terjadi selama 3 hari. Nah ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya," jelasnya.

Selain di Aceh, kondisi serupa juga tercatat di Sumatera Utara. Faisal memperlihatkan data curah hujan di Kabupaten Langkat yang juga tergolong sangat berat.

"Ini di Sumatera Utara, kita bisa lihat bahwa ini sangat berat kejadiannya, ini sampai 390 mm per hari di Kabupaten Langkat," katanya.

Baca Juga: Banjir Sumatera: IDAI Soroti Krisis Air Bersih dan Lonjakan Penyakit Menular pada Anak

Lebih lanjut, Faisal menyoroti bahwa fenomena cuaca ekstrem ini berkaitan erat dengan siklon tropis

Ia menegaskan bahwa Indonesia kini menghadapi tantangan baru di mana siklon tropis mulai menjadi ancaman nyata, meski sebelumnya dianggap tidak lazim di daerah tropis.

"Jadi yang memang kata kuncinya adalah siklon tropis ini bukan bencana yang lazim terjadi di daerah tropis, tapi inilah kejadian yang kita hadapi sekarang," ungkapnya.

Menyikapi perubahan pola bencana ini, BMKG bersama instansi terkait telah sepakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan nasional terhadap ancaman siklon tropis.

"Sehingga tadi dalam rakor di Kemendagri, kami bersama Kepala BNPP dan Basarnas itu mendapat arahan ya Pak ya, bahwa sudah saatnya Indonesia juga bersiaga terhadap bencana siklon tropis, tidak hanya bencana-bencana hidrometeorologi yang selama ini kita kenal," pungkasnya.

Load More