News / Nasional
Senin, 08 Desember 2025 | 10:33 WIB
Anies Baswedan dan Ketua Gerakan TurunTangan, Herry Dharmawan. (Suara.com/Vania)
Baca 10 detik
  • Ribuan pemuda menghadiri Turun Tangan Festival 2025 di Taman Ismail Marzuki untuk berkolaborasi isu sosial.
  • Anies Baswedan menegaskan bahwa perubahan bangsa berasal dari kepedulian warga, bukan semata pemimpin.
  • Festival tersebut mendorong pengakuan kerelawanan sebagai infrastruktur sosial yang strategis bagi pembangunan bangsa.

Suara.com - Ribuan anak muda dari berbagai daerah memadati kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu pagi (7/12/2025). Mereka hadir dalam Turun Tangan Festival (TT Fest) 2025, sebuah perhelatan yang mempertemukan relawan, komunitas, dan generasi muda yang memilih terlibat dalam isu sosial, pendidikan, lingkungan, hingga demokrasi.

Di tengah rangkaian diskusi dan ruang kolaborasi, satu pesan mengemuka: perubahan tidak lahir dari elite, melainkan dari warga yang mau turun tangan. Pesan itu disampaikan langsung oleh Anies Baswedan, Founder Gerakan TurunTangan, dalam sesi Kelas Kebangsaan yang menjadi puncak acara.

“Bangsa ini besar bukan karena kekuatan pemimpinnya, tetapi karena kepedulian warganya,” ujar Anies di hadapan peserta yang didominasi anak muda.

Ia menegaskan bahwa kualitas demokrasi Indonesia tidak ditentukan semata di ruang kekuasaan, tetapi tumbuh dari keterlibatan warga dalam kehidupan sehari-hari.

Anies menyoroti peran relawan yang kerap dipandang sebagai aktivitas sampingan, bukan bagian dari strategi pembangunan bangsa.

Padahal, menurutnya, kerelawanan seharusnya diperlakukan sebagai infrastruktur kebangsaan yang menopang kehidupan sosial dan demokrasi.

“Jika kerelawanan diakui sebagai infrastruktur sosial, maka kita harus merancang cara kerjanya agar berkelanjutan, terhubung, dan memiliki daya ubah yang nyata terhadap kebijakan,” kata Anies.

Ia juga menekankan bahwa kerja relawan sejatinya adalah praktik politik dalam bentuk paling mulia: mengurus kehidupan bersama.

Dalam situasi ketika politik kerap diidentikkan dengan perebutan kuasa, Anies mengajak anak muda untuk melihat demokrasi dari perspektif yang lebih membumi.

Baca Juga: Apa Arti Istilah NPC? Dipakai Anies untuk Kritik Oxford soal Penemu Rafflesia Hasseltii

Indonesia, kata dia, bukan proyek elite, melainkan karya bersama warga yang memilih peduli, terlibat, dan bergerak.

Semangat itu terasa di TT Fest 2025 yang menghadirkan berbagai kelas kapasitas, diskusi demokrasi, hingga Indonesia Volunteer Outlook 2026.

Festival ini juga membuka ruang pertemuan antara komunitas akar rumput dengan akademisi, lembaga sosial, hingga mitra korporasi, untuk mendorong kolaborasi nyata.

Bagi peserta, festival ini bukan sekadar ajang belajar, melainkan ruang menemukan kembali harapan. 

Ketua Gerakan TurunTangan, Herry Dharmawan, menyebut antusiasme peserta sebagai bukti bahwa anak muda tidak apatis. Mereka hanya membutuhkan ruang yang aman untuk terhubung dan bergerak bersama.

“Turun Tangan harus menjadi gerakan bersama. Anak-anak muda tidak cukup bergerak sendiri, tapi harus mengajak sebanyak mungkin pihak sebagai sebuah movement,” ujarnya.

Load More