News / Nasional
Senin, 08 Desember 2025 | 13:27 WIB
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo. (Suara.com/Lilis)
Baca 10 detik
  • Hashim Djojohadikusumo berbagi pengalaman personal cucunya yang menyandang Down Syndrome kepada komunitas disabilitas.
  • Pengalaman pribadi ini memperdalam pemahaman Hashim terhadap perjuangan komunitas penyandang disabilitas intelektual.
  • Partai Gerindra sejak didirikan tahun 2008 memiliki misi melayani kelompok rentan, termasuk kaum disabilitas.

Suara.com - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyampaikan kesaksian personal kepada kelompok disabilitas yang jarang ia ungkap ke publik. 

Di hadapan komunitas penyandang Down Syndrome, adik Presiden Prabowo Subianto itu menceritakan bahwa salah satu cucunya, bernama Wira, lahir dengan Down Syndrome. Pengalaman itu, kata dia, membuatnya semakin memahami perjuangan keluarga dan komunitas penyandang disabilitas intelektual.

"Cucu saya lahir dengan Down Syndrome. Cucu saya namanya Wira, dia mengalami Down Syndrome. Jadi ini saya kira semua peran serta saya dan keluarga saya itu sudah termasuk takdir dari Tuhan," kata Hasyim saat acara Hari Disabilitas Internasional oleh Partai Gerindra di Jakarta, Senin (8/12/2025).

Ia menegaskan bahwa perjumpaannya dengan komunitas Down Syndrome bukan sesuatu yang tiba-tiba, tetapi perjalanan panjang yang kini terasa semakin personal.

"Saya sudah ikut perjuangan saudara-saudara sebelum cucu saya lahir. Tapi Tuhan Maha Kuasa, Tuhan sudah meramalkan dan sudah rencanakan ini. Dan saya kira itu agar saya lebih dekat lagi dengan perjuangan saudara-saudara. Saya bisa menghayati perjuangan saudara-saudara. Dan saya bisa merasakan kesulitan yang saudara-saudara hadapi," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Hashim juga mengingat kembali masa-masa awal Partai Gerindra lolos ke DPR pada 2008. Ia menyebut saat itu Gerindra masih dianggap partai kecil yang tidak diperhitungkan. 

Namun sejak awal, katanya, Gerindra dibangun dengan misi melayani kelompok rentan dan tertinggal, seperti disabilitas.

"Kita didirikan untuk melayani yang tertindas, yang termiskin, yang tertinggal. Itu saya ingat, tahun 2008," ucapnya.

Dengan pengalaman pribadi sebagai kakek dari anak Down Syndrome, Hashim menilai perjuangan komunitas ini bukan lagi sekadar isu sosial, melainkan panggilan hidup.

Baca Juga: Ketika Mimpi Tak Punya Batas: Kisah Inspiratif dari Para Siswa dan Alumni SLB N Cilacap

“Saya kira Tuhan mengajak saya ikut dalam perjuangan saudara-saudara,” ujarnya.

Hashim menegaskan komitmennya untuk tetap terlibat, baik sebagai bagian dari keluarga penyandang Down Syndrome maupun sebagai tokoh publik yang memiliki ruang advokasi.

Load More