- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI menyoroti koordinasi pendistribusian bantuan korban bencana yang tidak merata di lapangan.
- Komisi VIII berkomitmen mendorong revisi UU Kebencanaan untuk memperkuat peran koordinasi BNPB secara menyeluruh.
- BNPB diusulkan menjadi pusat komando pengatur distribusi bantuan, bukan sekadar tempat penampungan barang.
Suara.com - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, menyoroti semrawutnya koordinasi pendistribusian bantuan bagi korban bencana alam di lapangan.
Menanggapi hal tersebut, ia menegaskan bahwa Komisi VIII berkomitmen penuh untuk mendorong revisi Undang-Undang (UU) Kebencanaan guna memperkuat peran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ia menilai, selama ini skema pemberian bantuan kepada masyarakat terdampak, masih terkendala oleh tata kelola dan koordinasi yang kurang terpadu atau "orkestrasi" yang lemah.
"Kita melihat orkestrasi (penyaluran bantuan) ini kurang terpadu. Ada yang bertumpuk-tumpuk di satu lokasi karena banyak masyarakat berkunjung ke sana, sementara ada daerah jauh yang sama sekali tidak tersentuh bantuan," ujar Marwan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Rabu (24/12/2025).
Menurutnya, keterbatasan anggaran pemerintah seharusnya bisa ditutupi oleh tingginya rasa empati dan kerelaan masyarakat dalam memberi bantuan.
Namun, tanpa kendali koordinasi yang kuat, bantuan tersebut menjadi tidak merata.
Atas dasar itulah, Marwan menyatakan bahwa revisi UU Kebencanaan menjadi harga mati agar BNPB memiliki kewenangan yang lebih luas dalam mengoordinasikan seluruh elemen, termasuk TNI, Polri, dan relawan masyarakat.
"Komisi VIII sudah berkomitmen untuk revisi UU Kebencanaan itu. Tujuannya supaya BNPB punya rentang kendali untuk melakukan koordinasi yang baik. Kita berharap dalam fungsinya, BNPB punya hak untuk mengatur dan mengoordinasikan semua," tegasnya.
Ia menggarisbawahi bahwa penguatan ini bukan berarti BNPB mengambil alih komando institusi lain seperti TNI atau Polri, melainkan sebagai pusat komando koordinasi agar pelaksanaan di lapangan tidak berjalan sendiri-sendiri.
Baca Juga: Terdampak Bencana, Sekitar 20 Ribu Calon Jemaah Haji Asal Sumatra Terancam Gagal Berangkat?
Marwan menceritakan pengalamannya saat turun langsung meninjau lokasi banjir Sumatera pada Minggu lalu.
Ia menemukan fakta bahwa bantuan logistik seperti dapur umum tidak mampu menjangkau seluruh titik karena medan yang berat dan lokasi yang sangat luas.
"Lokasi ini terlalu panjang, tidak mungkin semuanya dijadikan dapur umum. Saya melihat sendiri, masyarakat menunggu saja karena lumpur setinggi betis. Bahkan ada yang sampai pagi belum sarapan karena akses yang sulit," ungkapnya.
Terkait teknis penyaluran bantuan dari masyarakat, Marwan mengusulkan agar BNPB bertindak sebagai pengatur lalu lintas distribusi berdasarkan peta kebutuhan, bukan sekadar tempat penampungan barang (pooling).
"Bukan dipool (dipusatkan), tapi dikoordinasikan. Jangan ditumpuk di satu titik lagi, nanti malah menumpuk. BNPB harus bisa membagi peta; area mana yang sudah cukup, area mana yang belum, lalu arahkan masyarakat atau bantuan ke sana," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Fokus Kebutuhan Dasar, Bantuan Kemanusiaan Disalurkan untuk Korban Bencana di Aceh Tamiang dan Sumut
-
Menumpuk Banyak, Ini Solusi Manfaatkan Kayu Gelondongan Sisa Banjir
-
Sentuhan Solidaritas dalam Perayaan Natal, Diorama Bencana Hiasi Gereja di Jambi
-
Terdampak Bencana, Sekitar 20 Ribu Calon Jemaah Haji Asal Sumatra Terancam Gagal Berangkat?
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
Terkini
-
Polisi Periksa Pemilik Email Pengirim Pesan Teror Bom ke 10 Sekolah di Depok, Apa Motifnya?
-
Misteri Sosok Kamila Hamdi: Identitas Asli atau Akun Retasan di Balik Teror Bom 10 Sekolah di Depok?
-
Misteri Isi Email Teror Bom 10 SMA di Depok: Ada Nama Kamila Luthfiani, Ngaku Korban Perkosaan
-
Prabowo Mau Tata Ulang Kota, DPR: Perlu Tangan Besi Lawan Cengkeraman Pengusaha
-
Pemerintah Targetkan Sampah Bantargebang Hilang 2 Tahun, Pramono Tinggal Tunggu Arahan Bangun PLTSa
-
Panglima TNI Rotasi 187 Perwira Tinggi, Mayoritas dari Angkatan Darat
-
Saksi Sebut Pertamina Gunakan Kapal Jenggala Bango karena Stok Gas Kritis
-
Ancaman Wabah Mengintai Pengungsi Bencana Sumatra, Pakar Ingatkan Risiko ISPA hingga Kolera
-
Yahya Cholil Staquf Klarifikasi Dana Rp100 Miliar PBNU, Konsesi Tambang dan Isu Zionis
-
Kaleidoskop Satu Dekade Shopee: Menciptakan Dampak Bagi Ekosistem melalui Inovasi & Kolaborasi