Suara.com - Penyebaran wabah Virus Corona baru yang menyebabkan Coronavirus Disease atau COVID-19 memiliki dampak negatif terhadap perekonomian di seluruh dunia. Dengan diberlakukannya lockdown atau kuncitara alias kunci sementara sampai imbauan physical distancing, konsekuensinya adalah penghentian sementara berbagai jalur produksi untuk memutus rantai penyebaran virus.
Namun dampak positifnya, penyebaran polusi udara justru berkurang drastis seiring minimnya warga beraktivitas di luar rumah. Perusahaan data lokasi Inrix melaporkan bahwa volume lalu lintas Amerika Serikat (AS) turun 30 persen pada Maret 2020.
Melansir RideApart, dengan minimnya aktivitas mobil di jalan raya, polusi udara di San Francisco berkurang hingga 50 persen. Bahkan data menunjukkan bahwa New York, Michigan, dan California menjadi kota dengan penurunan polusi udara sebesar 37 persen. Penurunan ini disebut-sebut menjadi yang paling drastis secara internasional.
Tentu saja, penurunan volume lalu lintas secara langsung juga mempengaruhi tingkat polusi udara dan area metropolitan utama di pelbagai kota di Amerika Serikat, seperti Los Angeles, Seattle, New York, dan Chicago.
Sementara lalu lintas di Italia anjlok hingga 65 persen dan NASA melaporkan bahwa tingkat nitrogen oksida di seluruh China bagian tengah dan timur telah menurun sebanyak 30 persen. Sedangkan Universitas Columbia mengukur penurunan karbon monoksida mencapai 50 persen dalam seminggu terakhir.
Nah, meskipun data yang ada memperlihatkan penurunan polusi udara secara drastis, namun pakar lingkungan Universitas Stanford, Rob Jackson mengatakan, hal ini tidak akan berlangsung lama. Angka emisi akan kembali seperti semula bersamaan dengan pandemi yang berangsur mereda.
"Saya tidak akan merayakan jika emisi turun satu atau dua persen karena COVID-19," papar Rob Jackson dalam sebuah wawancara dengan Los Angeles Times.
"Kami membutuhkan penurunan berkelanjutan. Bukan kejadian tak terduga yang aneh di bawah rata-rata," tambahnya.
Dan sebagai catatan, untuk mengembalikan kondisi perekonomian dunia, negara-negara seperti Republik Ceko telah meminta pelonggaran rencana emisi nol karbon Uni Eropa dan beberapa maskapai penerbangan memutar kembali kebijakan pengurangan emisi.
Baca Juga: Pandemi COVID-19, Sistem Kesehatan Indonesia Berada di Tubir Jurang
Dari Redaksi: Jika Anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal Virus Corona COVID-19, silakan hubungi Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081212123119
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
CSI Ungkap Harga Chery J6T di GJAW 2025, Termurah Rp 525 Juta
-
5 City Car Bekas Seharga Xmax: Bodi Slim, Jago Manuver di Perkotaan
-
Modal Setara Motor, Ini Alasan Avanza 'Kapsul' Jadi Solusi Liburan Akhir Tahun
-
Daihatsu Rocky Hybrid Sampai Tangan Konsumen di GJAW 2025
-
Apakah Perpanjang STNK Butuh KTP Asli? Ini Jawabannya
-
Resmi Meluncur Harga Veloz Hybrid Tak Sampai Rp 300 Juta
-
6 Mobil CVT Paling Bandel untuk Hindari Boncos bagi Pemburu Mobil Bekas, Lengkap dengan Harga
-
5 Mobil dengan Fitur Kamera 360 Bawaan, Anti Panik Parkir dan Manuver di Jalan Sempit
-
5 GPS Tracker Mobil Paling Murah dan Akurat, Berkendara Jadi Lebih Aman
-
Terpopuler: Kelebihan Bobibos Lawan BBM Mahal hingga 3 Mobil Kijang Rp20 Jutaan