Otomotif / Mobil
Kamis, 05 Agustus 2021 | 19:30 WIB
Mobil listrik BMW i4 akan diboyong ke Indonesia pada 2022. [Dok BMW Indonesia]

Suara.com - CEO BMW, Oliver Zipse mengungkapkan bahwa transisi menuju kendaraan elektrifikasi masih sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur pengisian daya.

Menurutnya, membuat mobil listrik dan mempertahankan sesuai permintaan kemungkinan besar tidak sulit.  Karena pada dasarnya mencapai penetrasi pasar dengan e-mobility tidak menjadi masalah bagi industri mobil.

"Akan tetapi, kebergantungan justru terletak pada seberapa cepat infrastruktur pengisian daya bisa diperbanyak," ujar Zipse, dikutip dari BMW Blog.

BMW i8, salah satu andalan BMW di sektor mobil listrik [Suara.com/CNR ukirsari].

Ia menambahkan, BMW telah menggarap lebih dari 15.000 pengisian daya di seluruh dunia, tetapi itu tidak cukup. Satu produsen tidak dapat melakukan semuanya sendiri.

Selain itu, pasokan energi listrik yang digunakan untuk mengisi daya kendaraan ini masih kurang memadai. Bisa saja konsumen justru mengalami lebih banyak kerugian daripada keuntungan menggunakan mobil listrik.

Aturan yang ada juga memaksa produsen mobil untuk mengeluarkan Battery Electric Vehicle atau BEV. Tetapi strategi lain juga diperlukan, tidak hanya sebuah aturan.

"Dan ini tidak hanya dalam hal jumlah pengisi daya yang dimasukkan, tetapi perlu meningkatkan jaringan, untuk memastikan benda-benda itu bisa memenuhi kebutuhan energi tambahan," ungkap Zipse.

Load More