Suara.com - Di tengah kabar spekulasi merger antara Honda dan Nissan - dua raksasa otomotif Jepang yang sempat mencuri perhatian dunia, Honda justru mengejutkan publik dengan langkah revolusioner yang sama sekali berbeda. Alih-alih terfokus pada isu 'perkawinan' tersebut, pabrikan berlogo huruf H ini malah mengumumkan investasi besar-besaran dalam teknologi masa depan yang mungkin akan mengubah wajah industri otomotif selamanya.
Dilansir dari laman resmi, Honda bersiap pembangunan pabrik Fuel Cell super canggih yang akan mulai beroperasi pada 31 Maret 2028.
Di tengah hiruk-pikuk transisi energi global, Honda tidak main-main. Mereka memilih Kota Moka di Prefektur Tochigi sebagai lokasi strategis untuk membangun "istana teknologi" seluas 28.901 meter persegi.
Pabrik ini nantinya diklaim mampu menghasilkan 30.000 unit sistem Fuel Cell per tahun - teknologi yang mengubah hidrogen menjadi tenaga penggerak kendaraan dengan nol emisi karbon!
"Tapi berapa biayanya?" Anda mungkin bertanya. Well, Honda telah menyiapkan proposal pendanaan sebesar 14,78 juta Yen (sekitar Rp1,53 miliar) kepada pemerintah Jepang.
Ini bukan sekadar proyek ambisius Honda, tetapi bagian dari mimpi besar Jepang menuju netralitas karbon pada 2050. Seperti kata pepatah, "Gajah mati meninggalkan gading, Honda maju meninggalkan jejak hijau."
Yang menarik, Honda tidak berhenti pada mobil penumpang saja. Mereka membidik empat sektor sekaligus: kendaraan FCEV, kendaraan komersial, pembangkit listrik stasioner, dan - tunggu dulu - bahkan mesin konstruksi.
Target mereka? Menguasai 5 persen pasar truk hidrogen pada 2030, dan melompat drastis ke 30 persen pada 2040. Benar-benar "Go Big or Go Home"!
Bukti nyata keseriusan Honda sudah terlihat dengan hadirnya CR-V e - mobil hidrogen pertama mereka untuk pasar Amerika Serikat.
Baca Juga: Motor Bebek Menolak Punah: Motor Honda Ini Bawa Warisan Supra Fit ke Era Modern
Membayangkan mobil yang bisa melaju sejauh 600 kilometer dan mengisi ulang dalam waktu singkat tiga menit? CR-V e mewujudkannya. Ditambah bonus baterai listrik plug-in yang mampu menempuh 60 kilometer, ini seperti mendapatkan dua teknologi masa depan dalam satu paket.
Kolaborasi dengan General Motors di Michigan menghasilkan terobosan menakjubkan: sistem bahan bakar dengan daya tahan dua kali lipat generasi sebelumnya dan biaya produksi yang dipangkas hingga sepertiga. Ini bukan sekadar evolusi, tapi revolusi dalam dunia otomotif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Definisi Skutik 'Kalcer', Partner OOTD yang Stylish dengan Bagasi Lega
-
Masih Sering Bonceng Anak di Depan? Ini Cara Aman Sesuai Aturan, Nyawa Tak Bisa Dibeli!
-
5 Mobil Bekas dengan Harga Jual Stabil, Cocok untuk Keluarga Kecil
-
Cari Mobil Harian Super Irit? Suzuki Wagon R 2026 Tembus 25 Km/Liter, Harga Mulai Rp150 Jutaan
-
Mobil Ditinggal Liburan? Lakukan 7 Trik Ini agar Tidak Mogok dan Hemat Biaya Servis Jutaan
-
SIM Mati Pas Libur Natal? Urus Tanggal Ini, Dijamin Bebas Tes Teori dan Praktik
-
7 Rekomendasi Mobil Bekas Rp50 Jutaan, Body Gagah dan Suku Cadang Melimpah
-
4 Fitur Utama Wuling Xingguang 560: SUV Rp 140 Jutaan dengan Teknologi Canggih
-
Cek Daftar 10 Kendaraan Paling Sering Dicuri Maling, Honda Mendominasi
-
YIMM Konfirmasi Stop Penjualan Yamaha Vixion R Tahun Ini