Suara.com - Pihak penyelenggara MotoGP sudah mengumumkan protokol jalannya kompetisi yang akan dimulai pada 19 Juli bulan ini.
Salah satu aturan yang banyak menjadi sorotan adalah adanya batasan kru tim kontestan.
Tim pabrikan MotoGP akan mendapat jatah hingga 45 orang, sementara tim satelit 25, serta tim Moto2 dan Moto3 punya jatah 12 orang.
Dilansir dari Crash, adanya aturan ini membuat sejumlah tim pabrikan pusing, termasuk KTM.
Motorsport director tim tersebut, Pit Beirer menyatakan bahwa pembatasan ini bisa membuat kompetisi MotoGP berjalan layaknya Formula 1.
"Untuk menjaga agar olahraga tetap 'sehat' di masa depan, kita tak baik meniru Formula 1 yang memiliki 60 lebih insinyur yang duduk di rumah, memasok data ke lintasan balap," kata Beirer.
"Tentu saja, itu akan membantu, tetapi saya pikir sama sekali tidak perlu melakukan apa yang ingin kita lakukan. Kami ingin balapan sepeda motor di lintasan, kami ingin membuat publik senang dengan pertunjukan," imbuhnya.
Menurut Beirer, adanya pemantauan dari jarak jauh oleh kru tim balap akan membuat kompetisi kurang natural.
"Mengapa publik menonton MotoGP? Untuk melihat para pembalap kita yang luar biasa. Mereka ingin mencari tahu siapa pembalap yang lebih baik di mesin itu," lanjut sang bos KTM.
Baca Juga: Pengamat MotoGP: Honda Harus Siap-Siap Kehilangan Marc Marquez
"Tapi saya pikir orang tidak akan pernah datang ke lintasan atau menyalakan TV untuk mencari tahu siapa yang merupakan 100 insinyur paling pintar di akhir pekan balapan," katanya.
Lain halnya dengan Yamaha. Saat para tim pabrikan asal Eropa seperti KTM, Aprilia dan Ducati tengah membicarakan adanya tim 'pemantau', tim-tim asal Jepang seperti Yamaha justru mendapat kendala yakni ketidak hadiran mekanik mereka saat balapan.
"Kekhawatiran terbesar kami adalah kebebasan bepergian untuk tim asal Jepang," kata Lin Jarvis dari Yamaha.
"Dalam kasus kami, mekanik Australia, untuk Valentino Rossi juga perlu datang. Tetapi bahkan jika kami mendapat keringanan, kami menghadapi masalah lain," tambah Jarvis.
“Insinyur Jepang kami tidak dapat terbang kembali ke Jepang di antara balapan karena peraturan karantina di Jepang. Jadi para insinyur harus tinggal di Eropa untuk waktu yang lama," ucap bos dari Valentino Rossi tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Marc Marquez dan Pecco Bagnaia Bawa Ducati Lenovo Tim Terbaik MotoGP 2025
-
Resmi! Ini Starting Grid MotoGP Indonesia Setelah Maverick Vinales Mundur
-
Marco Bezzecchi Rajai Sprint Race, Bocah Pacu Jalur Dapat Sepatu Marc Marquez
-
Marco Bezzecchi Gila! Menyalip di Lap Terakhir, Hancurkan Dominasi Ducati di Mandalika
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Mandiri Looping for Life Edukasi 1.000 Siswa Mandalika dan Perkuat UMKM di MotoGP 2025
-
Kualifikasi MotoGP Indonesia: Marco Bezzecchi Lampaui Rekor Catatan Waktu Tercepat Jorge Martin
-
Marco Bezzecchi Segel Pole Position MotoGP Indonesia, Marc Marquez Tercecer
-
Jadwal dan Link Live Streaming MotoGP Mandalika 2025, Nonton di Sini
-
Final Trial Game Dirt 2025 Bandung: Duel Hidup-Mati M. Zidane vs Asep Lukman