Sport / Arena
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:45 WIB
Awas Skandal 'Doping Digital' di Cabang Esports SEA Games 2025, Kejadian 2023 Bisa Terulang [Instagram]
Baca 10 detik
  • Isu "doping digital" muncul menjelang SEA Games 2025, merujuk kecurangan eksploitasi celah dalam game Esports.
  • SEA Games 2023 Kamboja tercoreng dugaan kecurangan di VALORANT; Indonesia protes memanfaatkan bug kamera ilegal.
  • Penyelenggara SEA Games 2025 dituntut meningkatkan regulasi dan pengawasan teknologi demi menjamin fair-play Esports.

Suara.com - SEA Games kembali diterpa isu miring menjelang penyelenggaraan edisi ke-33 yang dibuka pada 9 Desember 2025.

Jika di canor lain publik kerap menyoroti dugaan doping yang digunakan atlet atau keputusan kontroversial, hingga minimnya transparansi, kini muncul bentuk kecurangan baru yang lebih modern, “doping digital” di cabang Esports.

Istilah ini merujuk pada tindakan memanfaatkan bug atau celah dalam game untuk meraih keuntungan tidak sportif.

Masuknya Esports sebagai cabang resmi yang memperebutkan medali membuat SEA Games memasuki wilayah baru dalam industri olahraga.

Dengan jutaan penonton dan perkembangan teknologi yang begitu cepat, pengawasan kini tidak hanya menyasar atlet, tetapi juga integritas perangkat, software, dan mekanisme permainan.

Situasi ini membuat Esports menjadi salah satu cabang paling rawan polemik, terlebih di kawasan Asia Tenggara yang dikenal memiliki basis penggemar besar dan kompetitif.

Jejak Kontroversi: Dua Medali Emas di SEA Games 2023

SEA Games 32 di Kamboja pada 2023 menjadi contoh nyata bagaimana lemahnya regulasi teknis dapat berujung skandal.

Dalam grand final gim VALORANT, tim Singapura berhasil mengalahkan Indonesia dan meraih emas.

Baca Juga: Belum Pernah Menang Sepanjang 2025, Sentuhan Magis Indra Sjafri Sirna?

Namun kemenangan mereka langsung memicu protes keras.

Tim Indonesia menuduh Singapura memanfaatkan bug kamera karakter Cypher untuk melihat posisi lawan secara ilegal.

Mereka menyebut tindakan itu sebagai bentuk “doping teknologi”.

Pertandingan sempat dihentikan ketika Indonesia tertinggal 4–10 pada map kedua, dan tim Garuda Muda meminta pause teknis.

Namun setelah itu mereka memilih tidak melanjutkan pertandingan.

Singapura membantah semua tuduhan. Menurut mereka, strategi penempatan kamera tersebut tidak melanggar aturan karena tidak dicantumkan sebagai pelanggaran dalam rulebook resmi.

Load More