Suara.com - Kecanggihan teknologi dimanfaatkan dengan cara yang salah kerap merugikan banyak pihak. Meski kasus ini tidak terjadi di Indonesia, namun di beberapa negara tengah marak terjadi, yakni pemerasan yang dilakukan secara online.
Pemerasan online tidak hanya meminta sejumlah uang, tapi juga memaksa korbannya melakukan tindakan seksual di depan webcam mereka. Gambar tersebut kemudian direkam pelaku dan mengancam akan membagikannya ke teman-teman dan keluarga korban, kecuali dibayar.
Peristiwa ini telah memakan korban sebanyak empat kasus bunuh diri di Inggris dengan dikaitkan berlatar belakang pemerasan. Kasus ini tengah diselidiki oleh Badan Kejahatan Nasional (NCA) dan korban berusia antara 14 dan 82. Rentang target usia korban pun sangat luas.
NCA telah bergabung dengan Dewan Kepala Polri untuk memberikan nasihat kepada orang-orang yang mungkin telah ditargetkan. Ada 864 laporan pemerasan webcam tahun ini sejauh ini.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan, jika Anda menjadi target sasaran pemerasan online ini. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tidak panik dan laporkan kepada pihak polisi.
Aparat pun akan menanggapinya dengan serius dan menangani maslaah tersebut dengan rahasia sehingga tidak akan mengambil sikap 'mengadili' Anda.
Kemudian, seperti yang Anda ketahui diaman pemerasan adalah kejahatan, sehingga jangan pernah membayar pelaku. Banyak korban yang telah membayar dan justru mendapatkan lebih banyak tuntutan dengan jumlah yang lebih tinggi. Dalam beberapa kasus, bahkan ketika tuntutan telah dipenuhi pelaku masih menyebarkan video.
Hal yang juga perlu diperhatikan adalah hindari komunikasi lebih lanjut dengan pelaku. Lakukan dokumentasi sebagai bukti dengan cara screen shot dari semua komunikasi Anda dengan pelaku.
Tangguhkan akun Facebook Anda, tetapi tidak dihapus dan gunakan proses pelaporan online untuk melaporkan hal tersebut ke platform media sosial untuk memblokir video apapun dan untuk memberikan peringatan jika video muncul kembali.
Baca Juga: Curhat Astrid Kuya Memeluk Islam di Tengah Keluarga Beda Agama
Menonaktifkan akun Anda sementara daripada mematikannya akan berarti data tersimpan dan membantu polisi untuk mengumpulkan bukti.
Lalu, jangan menghapus setiap korespondensi. Tidak peduli seberapa memalukan, simpan semua catatan dari pelaku.
Dan akhirnya, ingat, Anda adalah korban dari penjahat terorganisir, Anda tidak sendirian dan pihak kepolisian akan siap membantu. [BBC]
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Microsoft Mau 500 Ribu Orang Indonesia Melek Teknologi AI di 2026
-
Susul Huawei, Xiaomi Siapkan Sistem Operasi HyperOS Khusus PC
-
Pemerintah Korsel Turun Tangan usai Game PUBG Terancam Diblokir Prabowo
-
45 Kode Redeem FF Terbaru 12 November 2025, Klaim Evo Gun dan Skin SG2 Gratis
-
WhatsApp Siapkan Fitur Message Request: Privasi Pengguna Makin Terlindungi
-
21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 12 November 2025, Banjir Ribuan Gems dan Pemain OVR 113
-
Nasib Tragis HP Gaming Black Shark: Populer Berkat Xiaomi, Kini Perlahan Hilang
-
Perbandingan Redmi Pad 2 Pro vs Xiaomi Pad 7, Bagus Mana?
-
JBL Sense PRO: Revolusi Headphone Open-Ear Premium dengan Suara Imersif dan Kenyamanan Tanpa Batas
-
Mitos atau Fakta? Ini yang Terjadi Jika Kamu Menelan Permen Karet