Dengan menggunakan informasi genetika ini mereka dapat membangun pohon keluarga skink, menunjukkan setidaknya ada empat garis keturunan kadal berdarah hijau yang berbeda, yang masing-masing berevolusi secara independen dari pendahulunya yang berdarah merah.
"Kami gembira dengan sejarah kompleks hewan-hewan ini dan terkejut dengan luasnya garis keturunan berdarah hijau di seluruh kadal," kata Rodriguez.
Dia menambahkan bahwa karakteristik ini tampaknya telah muncul berulang kali menunjukkan bahwa darah hijau bukan hanya beberapa permainan kata evolusi, tetapi sebuah karakteristik yang bermanfaat yang disukai oleh seleksi alam.
Tingginya kadar bilverdin telah tercatat dalam darah beberapa spesies ikan dan serangga, telah dianggao sebagai penyebab tulang, kulit, dan darah hijau pada beberapa spesies katak.
Ini memperkuat gagasan bahwa darah hijau memiliki beberapa nilai adaptif, dan penelitian laboratorium telah menyarankan pigmen empedu mungkin memiliki peran sebagai antioksidan atau bahkan obat terhadap penyakit.
"Tujuan kami berikutnya adalah mengidentifikasi gen yang bertanggung jawab atas darah hijau," kata Rodriguez, yang menerbitkan temuannya di jurnal Science Advances.
Menemukan apa yang melindungi kadal terhadap efek berbahaya dari pigmen hijau yang berlebihan juga dapat memberikan wawasan jaundice, merupakan kondisi pada manusia yang menyebabkan menguningnya kulit dan mata, serta kerusakan fungsi hati.
"Memahami perubahan fisiologis yang mendasari yang memungkinkan kadal ini untuk tetap bebas penyakit kuning dapat diterjemahkan ke pendekatan non-tradisional untuk masalah kesehatan tertentu," kata Rodriguez.
"Kadal berdarah hijau New Guinea menarik bagi saya sebagai parasitolog karena produk hati yang sama, bilirubin, diketahui beracun bagi parasit malaria manusia," kata Profesor Susan Perkins dari American Museum of Natural History, salah satu rekan penulis studi.
Baca Juga: Ilmuwan Tertua Australia Sukses Bunuh Diri di Swiss
Perkins menuturkan, kini para peneliti tengah berada di laboratorium Austin meneliti efek potensial dari pigmen darah hijau pada malaria dan parasit lain yang menginfeksi kadal ini. [Independent]
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
10 Fakta Kereta Petani di China yang Disebut-sebut Menginspirasi Indonesia
-
50 Kode Redeem FF Terbaru 15 November 2025, Klaim Bundle dan Emote Eksklusif Gratis
-
Youth Economic Summit 2025 : Perkembangan Transformasi Media Manfaatkan Kecanggihan Teknologi
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 15 November 2025, Gratis Icon 108+ dan Belasan Ribu Gems
-
Red Dead Redemption Hadir di Konsol Modern dan Mobile Mulai 2 Desember
-
7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
-
5 HP Memori Besar Paling Murah November 2025 di Bawah Rp 2 Jutaan, Performa Ngebut Anti Ngelag!
-
5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
-
5 Tablet 11 Inci Paling Murah untuk Produktivitas, Harga Mulai Rp1 Jutaan
-
5 Tablet Anak dengan Fitur Parental Control, Aman untuk Main Sekaligus Belajar