Suara.com - Ketindihan merupakan sebuah fenomena yang sering kita dengar bahkan alami dan meski menyeramkan, pengalaman ini sebenarnya biasa terjadi, pun tak berbahaya.
Ketindihan atau yang dalam bahasa medisnya dikenal sebagai sleep paralysis, sudah terekam dalam memori publik sejak abad ketujuh masehi. Banyak yang bilang ketindihan berhubungan dengan aktivitas paranormal atau gaib.
Tetapi sebuah penelitian dari Universitas Harvard, Amerika Serikat sebenarnya sudah banyak membongkar fenomena ketindihan, yang rupanya berpotensi dialami oleh 30 persen orang di dunia.
Apa itu ketindihan?
Ketindihan atau sleep paralysis sudah disebut oleh ahli kedokteran dari 1876, Silas Weir Mitchell. Meski demikian, masalah itu belum banyak diteliti hingga beberapa tahun belakangan.
Pada 2015, peneliti Harvard, Dan Dennis menggelar beberapa studi yang bertujuan mengungkap misteri ketindihan. Ia menemukan bahwa ketindihan biasanya terjadi ketika manusia memasuki fase tidur Rapid Eye Movement (REM).
Ketika itu, orang biasanya sedang bermimpi. Saat bermimpi, tubuh memang "dilumpuhkan" agar kita tak bergerak mengikuti apa yang terjadi dalam mimpi.
"Jadi penjelasannya adalah ketika mengalami ketindihan, seseorang sebenarnya dalam kondisi bangun atau sadar, sementara sebagian dirinya masih dalam fase REM. Karenanya, tubuh masih dalam kondisi lumpuh," jelas Dennis.
"Jadi, kita sebenarnya terbangun dan sadar dengan lingkungan di sekitar kita," Dennis menambahkan.
Mengapa kita melihat hantu atau merasa dada ditindih?
Dennis membeberkan bahwa orang yang mengalami ketindihan biasanya merasa dada mereka ditekan atau ditindih oleh beban yang sangat berat.
Jawabannya, jelas Dennis, masih berkaitan dengan fase tidur REM tadi. Dalam fase itu, beberapa otot tubuh disekitar saluran pernafasan masih lumpuh, sehingga kita merasa susah bernafas.
"Ketika mengalami ketindihan, saluran pernafasan berkontraksi dan kita menjadi sukar bernafas," kata Dennis.
Sementara bagi mereka yang ketika ketindihan melihat adanya sosok gaib, menurutu Dennis itu adalah tipuan otak semata. Pemicunya adalah amygdala, bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses rasa takut.
Ketika kita terbangun - meski sebagian tubuh masih dalam fase REM - amygdala menjadi sangat aktif atau lebih aktif dibandingkan ketika kita berada dalam situasi aman.
"Ada paradoks saat otak sedang aktif untuk memproses rasa takut, sementara ruangan tempat tubuh kita berada tidak ada tanda-tanda adanya ancaman," imbuh dia.
Nah di sinilah otak kemudian melakukan tipuannya untuk mengatasi paradoks tadi.
"Otak 'berasumsi' ada ancaman di sekitar kita, padahal mata kita tak melihatnya," ujar Dennis.
Penyebab ketindihan?
Dennis mengatakan ketindihan biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kecemasan berlebih atau mereka yang mengalami post-traumatic stress disorder.
"Kami menemukan banyak faktor yang umum, seperti kualitas tidur yang rendah atau tidur yang terganggu," kata dia.
Selain itu ada juga faktor lain yang memicu ketindihan seperti gejala-gejala kecemasan berlebihan atau stres.
Ia juga mengatakan bahwa dalam eksperimen di laboratorium, orang yang dibangunkan tiba-tiba ketika sudah memasuki fase tidur REM akan lebih cenderung mengalami ketindihan.
Cara bangun dari ketindihan?
Dennis mengakui bahwa belum ada bukti-bukti kuat untuk merancang perawatan atau pencegahan ketindihan. Meski demikian, ia mengatakan bahwa tidur teratur, mengurangi kafein serta alkohol bisa membantu menghindari ketindihan.
"Ada satu teknik yang banyak orang akui sangat efektif (untuk melawan ketindihan) adalah dengan mencoba fokus dan menggerakan satu bagian tubuh seperti jari tangan atau jari kaki," tutur Dennis.
Ia mengatakan jika seseorang berhasil menggerakan satu bagian tubuh atau otot saja, maka ia akan bisa mendobrak kelumpuhan tubuhnya dan akhirnya bangun sempurna. (abc.net.au)
Berita Terkait
-
Ananda Omesh Salat Gaib untuk Affan Kurniawan: Ribuan Masjid Mendoakanmu
-
Suami Bahas Teror Gaib di Masa Lalu dan Meninggalnya Mpok Alpa
-
Anti Santet! 8 Weton Ini Punya Aura Pelindung Gaib Sejak Lahir Menurut Primbon Jawa
-
Surya Dharma Ali Akan Dimakamkan di Bekasi, PPP Perintahkan Kader Salat Gaib
-
Viral Warga Palembang Tertipu Dukun Uang Gaib hingga Rp110 Juta
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
39 Kode Redeem FF Hari Ini 19 September 2025, Skin SG2 dan Scar Megalodon Menanti
-
Redmi Pad 2 Play Bundle Masuk Indonesia, Tablet Xiaomi Rp 2 Jutaan Cocok untuk Anak
-
Riset Ungkap Kecepatan Internet Indonesia Nomor 2 Paling Lelet di Asia Tenggara
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB, Performa Kencang Harga Terjangkau
-
10 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 19 September 2025, Dapatkan Beckham dan Iniesta OVR 104
-
Honor Siapkan HP Baru Bulan Ini: Bawa Baterai 8.300 mAh dan Fitur Tangguh
-
Sebagian Fitur Redmi K90 Terungkap, Diprediksi Jadi Cikal Bakal POCO F8
-
Makin Mudah, Final Fantasy 7 Remake Hadirkan 'Easy Mode' di Switch 2 serta Konsol
-
HP Murah Vivo Y21d Lolos Sertifikasi di Indonesia, Fitur Tahan Banting
-
NVIDIA Suntik Puluhan Triliun Rupiah, Harga Saham Intel Langsung Meroket