Suara.com - Para ahli kesehatan Asutralia mencatat bahwa orang-orang di seluruh dunia sudah sekarat, karena krisis iklim dan seringkali catatan kematian resmi tidak mencerminkan dampak dari bencana lingkungan berskala besar ini.
Jika emisi dunia tetap sama, diperkirakan pada tahun 2080 kota-kota di Australia akan mengalami setidaknya empat kali lipat jumlah kematian akibat peningkatan suhu Bumi.
"Perubahan iklim adalah pembunuh, tetapi kami tidak mengakuinya di sertifikat kematian," ucap Arnagretta Hunter, seorang dokter dari Australian National University, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (26/5/2020).
Dalam korespondensi yang baru diterbitkan, Hunter dan empat ahli kesehatan masyarakat lainnya memperkirakan catatan kematian Australia secara substansial tidak melaporkan kematian terkait suhu panas setidaknya 50 kali lipat.
Walaupun sertifikat kematian di Australia memiliki bagian untuk kondisi yang sudah ada sebelumnya dan faktor-faktor lain, tetapi kondisi iklim eksternal jarang diperhitungkan.
Antara 2006 dan 2017, analisis menemukan kurang dari 0,1 persen dari 1,7 juta kematian yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan suhu panas yang berlebihan. Tetapi analisis baru ini, menunjukkan angka kematian terkait suhu panas di Australia sekitar 2 persen.
"Perubahan iklim menjadi perhatian banyak orang. Tetapi jika efek suhu ekstrem tidak dicatat, dampak penuhnya tidak akan pernah bisa dipahami," tulis para ilmuwan dalam penelitian yang diterbitkan di The Lancet Planetary Health.
Para ahli berpendapat bahwa sertifikasi kematian perlu dimodernisasi dengan memasukkan penyebab kematian tidak langsung, yang juga harus dimasukkan dan data kematian ini harus digabungkan dengan kumpulan data lingkungan skala besar.
Hunter mengatakan, tindakan semacam itu sangat penting. Tidak hanya untuk Australia tetapi juga negara lain di dunia. Inggris sendiri telah mendokumentasikan beberapa masalah dengan akurat dalam mengisi sertifikat kematian.
Baca Juga: Tanyakan Beda Warna Emoji Hati, Warganet Ini Malah Dapat Penolakan
Namun, negara-negara di daerah tropis harus lebih memperhatikan sistem ini. Di daerah tropis, ada sedikit data kematian yang valid pada lebih dari 2 miliar orang yang tinggal di wilayah panas ini. Hal itu akan menyulitkan prediksi mengenai apa yang akan terjadi pada masyarakat di masa depan.
Berita Terkait
-
Krisis Iklim Ubah Salju Antartika Menjadi Hijau
-
Ilmuwan: Lockdown Kurangi Polusi Tapi Berdampak Kecil pada Perubahan Iklim
-
Peneliti Ini Mengklaim Virus Corona Tak Berasal dari Pasar Wuhan
-
Lewat Kalkulator Ini, Risiko Kematian Akibat Covid-19 Bisa Diprediksi
-
Studi Terbaru: Virus Corona Perpendek Umur Pasien Hingga 10 Tahun
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Komdigi Ungkap Nasib TikTok di Indonesia Usai Izin Dibekukan
-
Oppo A5i Pro 5G Resmi ke RI, HP Murah Punya Durabilitas Standar Militer
-
5 Rekomendasi Kamera Murah Berkualitas: Cocok Buat yang Baru Mulai Ngonten!
-
Ilmuwan Pastikan Kawah Silverpit di Laut Utara Tercipta akibat Asteroid
-
Jumat Berkah, Kode Melimpah: 31 Kode Redeem FF 3 Oktober 2025 Siap Diklaim, Ada Vector Batik
-
15 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 3 Oktober 2025, Peluang Gaet Nedved Gratis Di Depan Mata
-
6 Cara agar Foto Profil WhatsApp Tidak Pecah dan Tetap Jernih
-
Komdigi Mau Transaksi HP Second Bisa Balik Nama, Mirip Jual Beli Motor
-
HP Murah Huawei Nova 14i Resmi Debut: Layar Hampir 7 Inci dan Baterai 7.000 mAh
-
Biznet Gio Kenalkan Layanan AI Murah, Bayarannya Cuma per Jam