Suara.com - Salah satu cara yang banyak diambil oleh negara dalam mencegah penyebaran virus corona adalah lockdown atau pembatasan wilayah. Dengan kebijakan tersebut masyarakat menjadi sangat terbatas ruang geraknya.
Bukan hanya mencegah penularan Covid-19, beberapa study mengungkapnya bahwa lockdown mampu mengurangi polusi udara. Namun tidak dengan perubahan seperti kata ilmuan baru-baru ini.
Menurut para ilmuan, emisi karbon telah turun secara drastis sebagai dampak dari lockdown, tetapi sepertinya tidak akan cukup berpengaruh terhadap perubahan iklim.
Penelitian terbaru memperkirakan polusi pada puncak penutupan ekonomi global pada awal April adalah 17 juta ton per hari, lebih rendah dari rata-rata di 2019. Angka tersebut terakhir terjadi pada tahun 2006.
Tetapi Profesor Corinne Le Quéré, dari University of East Anglia, mengatakan kepada Sky News bahwa penurunan tersebut akan berdampak kecil pada perubahan iklim.
"Tidak ada yang berubah di sekitar kita. Kita masih memiliki boiler mobil, industri dan gas. Pembatsan ini bukan cara untuk mengatasi perubahan iklim. Kita membutuhkan upaya yang jauh lebih besar untuk menjauh dari energi fosil dan menggunakan lebih sedikit energi fosil di masa depan." jelasnya seperti dikutip dari Sky News.
Profesor Le Quéré mengatakan penurunan plusi udara seperti ini perlu diulang tahun ke tahun selama beberapa dekade untuk menjaga suhu global naik mendekati 1,5C, seperti yang disepakati oleh para pemimpin dunia di Paris pada 2015.
"Kita tidak bisa terus menerapkan lockdwon ke semua orang. Tetapi jika negara-negara dapat menyelaraskan pemulihan ekonomi mereka dengan ambisi iklim, itu bisa membuat perbedaan besar untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris." ujar Profesor Le Quéré.
Profesor Richard Betts, kepala penelitian dampak iklim di Met Officr, mengatakan pandemi tersebut hanya akan menjadi titik kecil dalam tren kenaikan jangka panjang gas rumah kaca.
Baca Juga: Mulai 1 Juni, Singapura Akan Cabut Lockdown Secara Bertahap
"Kita masih menambahkan karbon dioksida ke atmosfer. Mungkin akan sedikit kurang dari yang seharusnya terjadi. Tapi setidaknya kita sudah mencapai rekor selama dua juta tahun terakhir." ujarnya.
Profesor Dave Reay, dari Pusat Inovasi Karbon Edinburgh, Universitas Edinburgh, juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya perubahan iklim masih menjadi masalah serius meskipun pandemi telah hilang.
"Perubahan iklim belum berhenti, itu tetap menjadi ancaman terbesar bagi peradaban kita di abad ke-21 dan beberapa tahun ke depan akan menentukan masa depan iklim kita untuk generasi mendatang.
"Apakah 2020 akan menjadi penurunan emisi yang biadab dan singkat, sebelum lonjakan berbahan bakar fosil kembali ke bisnis seperti biasa dalam iklim darurat masih belum jelas.
"Yang jelas adalah bahwa, tanpa pemulihan hijau setelah Covid-19, pengorbanan selama pandemi ini hanya akan sia-sia" jelasnya.
Penelitian yang diterbitkan dalam Nature Climate Change, menunjukkan bahwa polusi dari transportasi darat, seperti asap dari kendaraan bermotor menyumbang 43% dari total penurunan polusi. Sedangkan 43% lainnya disebabkan oleh penurunan aktivitas industri dan pembangkit listrik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
Terkini
-
Menkum Supratman 'Tantang' Balik PPP Kubu Agus Suparmanto: Silakan Gugat SK Mardiono ke PTUN!
-
Polisi Larang Warga Berkerumun di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: Kasih Kami Kesempatan!
-
Komitmen TJSL, BNI Perkuat Ekonomi Kerakyatan dan Kelestarian Lingkungan di Desa Ponggok Jawa Tengah
-
MDIS Buka Suara soal Ijazah Gibran, PSI: Hentikan Polemik Jika Niatnya Cari Kebenaran!
-
Rizky Kabah Tak Berkutik di Kamar Kos, Detik-detik Penangkapan TikTokers Penghina Suku Dayak!
-
Sidang Praperadilan: Nadiem Makarim Masih Dibantarkan, Orang Tua Setia Hadir di Ruang Sidang
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Korban Jiwa Bertambah Jadi 9 Orang
-
Menteri Haji dan Umrah Datangi KPK di Tengah Penyidikan Kasus Korupsi Kuota Haji, Bahas Apa?
-
Mengulik Pendidikan Gibran: MDIS Tak Keluarkan Ijazah, Hanya Jalankan Kurikulum Universitas Asing
-
Bendera Merah Putih Robek di Puncak Monas Saat Gladi HUT TNI, Kapuspen: Bahan Kain Kurang Bagus