Suara.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) secara tiba-tiba mengubah panduan pengujian virus Corona (Covid-19).
Disebutkan bahwa jika terpapar oleh seseorang yang terinfeksi, tidak selalu perlu menjalani tes. Ketentuannya, apabila orang tersebut tidak berada dalam kelompok berisiko tinggi atau menunjukkan gejala apapun.
Perubahan pedoman tersebut menuai kritikan dari para ahli kesehatan masyarakat. Menurut seorang pejabat kesehatan federal, ini disebabkan tekanan dari jajaran atas pemerintahan Trump.
Presiden Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa lebih sedikit pengujian Covid-19 akan menyebabkan lebih sedikit kasus. Tapi, Department of Health and Human Services Assistant Secretary Adm dan Dr. Brett Giroir mengatakan bahwa inti dari panduan baru itu bukanlah melakukan pengujian "lebih sedikit", tetapi lebih banyak pengujian yang "sesuai".
Sebelumnya, situs CDC merekomendasikan agar semua kontak dekat orang yang terinfeksi Covid-19 harus dites.
Pedoman sebelumnya berbunyi, "Karena potensi penularan tanpa gejala dan pra gejala, penting bahwa kontak individu dengan infeksi Covid-19 dengan cepat diidentifikasi dan diuji."
Sekarang, pedoman CDC mengatakan bahwa jika seseorang berada dalam jarak 1,8 meter dari orang yang positif Covid-19, setidaknya selama 15 menit tetapi tidak memiliki gejala apapaun, orang tersebut tidak perlu dites.
Kecuali, individu yang rentan atau penyedia layanan kesehatan atau pejabat kesehatan masyarakat negara atau loka,l merekomendasikan orang tersebut untuk melakukan tes.
Dalam sebuah pernyataan kepada CNN, Giroir mengatakan, pedoman tersebut diperbarui untuk mencerminkan bukti terkini dan praktik kesehatan masyarakat terbaik, serta untuk lebih menekankan penggunaan strategi pencegahan yang disetujui CDC untuk melindungi diri, keluarga, dan orang yang paling rentan dari segala usia.
Baca Juga: Novacyt Luncurkan Tes Pembeda Covid-19 dan Influenza
Tetapi, bukti saat ini tentang penularan virus Covid-19 tidak berubah. Virus terus menginfeksi banyak orang yang tidak mengalami gejala apapun dan yang diam-diam dapat menyebarkan penyakit ke orang lain.
"Rekomendasi pengujian ini tidak masuk akal secara ilmiah, kecuali ada rencana untuk menuntut isolasi semua kontak Covid-19 yang diketahui," kata Krys Johnson, asisten profesor di Department of Epidemiology and Biostatistics di Temple University, Pennsylvania, seperti dikutip Live Science, Jumat (28/8/2020).
Johnson menambahkan bahwa sejak Maret, ia terus melihat pengujian yang tidak memadai. Dengan dibukanya sekolah dan universitas, seharusnya pengujian orang tanpa gejala tidak kalah penting.
Siapapun yang pernah atau mungkin berada di dekat seseorang yang positif Covid-19, harus dapat mengakses tes. Kemudian, perlu dilaporkan dalam waktu 48 jam agar pelacak kontak memberi tahu orang yang terinfeksi.
"Tidak masuk akal bahwa rekomendasi, yang seharusnya hanya mengikuti ilmu pengetahuan, sedang dimodifikasi untuk memungkinkan kasus Covid-19 yang tidak dilaporkan pada saat kritis ini," tambah Johnson.
Gubernur New York Andrew Cuomo (D) juga mengutuk keputusan tersebut.
"Satu-satunya alasan yang masuk akal adalah mereka ingin lebih sedikit orang yang mengikuti tes. Seperti yang dikatakan presiden, jika kita tidak mengikuti tes maka kita tidak akan tahu bahwa orang-orang itu positif dan jumlah orang yang positif akan menurun," kata Cuomo melalui panggilan telepon, Rabu (26/8/2020).
Cuomo berpendapat bahwa pedoman itu benar-benar melanggar standar kesehatan masyarakat. Gubernur California Gavin Newsom pun berpendapat serupa dengan menyebut bahwa pedoman tersebut tampak sangat aneh karena secara logika, jika telah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi Covid-19, maka orang tersebut perlu menjalani tes.
Berita Terkait
-
Tes Covid-19 Lewat Saliva Kolaburasi Ilmuwan dan NBA, Murah dan Mudah!
-
Lebih Murah dan Cepat, FDA Setujui Tes Covid-19 Lewat Air Liur
-
CDC: Pasien Sembuh Covid-19 Mungkin Kebal Virus Corona, Tapi...
-
Palsukan Surat Tes Covid-19, Mahasiswa Asal Papua Terancam 6 Tahun Penjara
-
Peneliti Ciptakan Alat Tes Covid-19, Hasilnya Bisa Keluar dalam 45 Menit!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Lazada Sebut Fitur AI Mampu Tingkatkan Belanja Online di Tanggal Kembar 9.9
-
Deretan Fitur AI di HP Realme, Lengkap dari Kamera hingga Gaming
-
Infinix GT 30 Masuk Indonesia 24 September, HP Gaming Banyak Fitur AI
-
39 Kode Redeem FF Hari Ini 19 September 2025, Skin SG2 dan Scar Megalodon Menanti
-
Redmi Pad 2 Play Bundle Masuk Indonesia, Tablet Xiaomi Rp 2 Jutaan Cocok untuk Anak
-
Riset Ungkap Kecepatan Internet Indonesia Nomor 2 Paling Lelet di Asia Tenggara
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB, Performa Kencang Harga Terjangkau
-
10 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 19 September 2025, Dapatkan Beckham dan Iniesta OVR 104
-
Honor Siapkan HP Baru Bulan Ini: Bawa Baterai 8.300 mAh dan Fitur Tangguh
-
Sebagian Fitur Redmi K90 Terungkap, Diprediksi Jadi Cikal Bakal POCO F8