Pada era Orde Baru, jilbab muncul sebagai simbol kebangkitan Islam melawan represi negara.
Sementara, pada era Reformasi, perkembangan jilbab begitu pesat bersamaan dengan bangkitnya partai politik, institusi-institusi agama Islam baru, yang dibarengi dengan tumbuhnya gairah “pasar” pakaian muslim dan gerakan revolusi hijab dari kalangan kelas menengah ke atas.
Saat ini juga terjadi pergeseran pilihan kata dari jilbab (kain penutup kepala hingga dada) menjadi hijab (makna harfiahnya adalah penutup, bisa jadi kain pembatas dalam salat).
Pada masa kini, jilbab bukan hanya menjadi simbol ideologi keagamaan dan kesalehan, tapi juga bagian dari gaya hidup masa kini, aturan sekolah dan kontrol sosial.
Memilih untuk diri sendiri
Perempuan berhijab yang dulunya kelompok minoritas, kini menjadi kelompok besar.
Tantangan yang berbeda di setiap kondisi menghadapkan perempuan muslim untuk menentukan pilihan, sesuai dengan ritme jiwa dan kenyamanan hati mereka.
Sebagian memilih berhijab karena percaya bahwa hijab merupakan manifestasi sempurna dari kesalehan seorang muslimah.
Sebagian lain memilih menjadi baik dengan cara memantaskan diri, bukan dengan ‘simbol’ (jilbab), apalagi jika semata karena aturan atau faktor desakan lingkungan, melainkan fokus pada aspek batin yang lebih fundamental, atau setidaknya jujur pada dirinya sendiri.
Baca Juga: Tak Hanya Belanja, Beli Hijab yang Satu Ini Bisa Sekalian Sedekah
Sebagian yang lain lagi memilih untuk menjadi fleksibel, mengarungi dua sisi dunia berhijab dan tidak berhijab — yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupannya — tanpa banyak pretensi.
Perintah berjilbab di dalam Islam memiliki penafsirannya yang beragam, namun apa pun tafsir yang dirujuk, survei ini menunjukkan perempuan memilihnya sesuai dengan denyut kenyamanan masing-masing.
Artikel ini sebelumnya tayang di The Conversation.
Berita Terkait
-
Cerita Steffi Zamora Soal Beratnya Syuting Film di Uzbekistan
-
Steffi Zamora Bongkar Pengalaman Emosional Syuting di Tengah Cuaca Ekstrem Uzbekistan
-
Indra Bekti Siap Pindah ke Australia: Kita Tinggalkan Semua yang Ada di Sini
-
Mantap Hijrah, Ivan Gunawan Jual Barang Branded dan Tutup Semua Kartu Kredit: Udah Nggak Penting!
-
Ivan Gunawan Mundur dari Dunia Kontes Kecantikan, Gara-Gara Hijrah?
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Bocoran Spesifikasi PS6, Lebih Kencang 8 Kali Lipat dari PS5!
-
12 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 16 September 2025: Klaim Hadiah, Hadir Son Heung-min dan Kessie
-
iOS 26 Bikin iPhone Panas dan Boros Baterai, Ini Klarifikasi Apple
-
52 Kode Redeem FF Terbaru 16 September 2025, Klaim M1014 Green Flame Draco dan SG2 OPM
-
Cara Mengedit Foto yang Lagi Viral, Buat Miniatur Efek Retro Pakai Gemini AI
-
HP Baru iQOO Muncul di Geekbench: Usung RAM 16 GB dan Dimensity 9500
-
Apple Rencanakan Peluncuran iPhone dan MacBook Baru di Awal 2026?
-
Ubah Foto Biasa Jadi Profesional LinkedIn, Cuma Modal Gemini AI Pakai Prompt Ini!
-
Lapisan Ozon Menuju Pemulihan Penuh, PBB Sebut Bukti Nyata Kemajuan
-
Video Lawas Budi Arie Viral Lagi, Sebut Masuk Penjara Bila Kalah di Pilpres 2024