Suara.com - Penelitian Kaspersky baru-baru ini menunjukkan bahwa transaksi online atau pembayaran digital dan keamanan siber sangat mempengaruhi perilaku konsumen di Asia Tenggara.
Berjudul “Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC”, penelitian tersebut
menemukan bahwa satu dari lima (21 persen) pengguna layanan pembayaran digital di Asia Tenggara masih mengalami kecemasan saat melakukan transaksi online.
Di antara usia-usia lain, kekhawatiran tertinggi terjadi pada kelompok tertua, Generasi bisu (Silent Generation) sebanyak 30 persen.
Menariknya, kelompok "senior" ini diikuti oleh generasi termuda sebesar 27 persen.
Hampir satu dari lima (17 persen) pengguna di Asia Tenggara mengakui bahwa mereka lebih suka
membayar dengan uang tunai.
Generasi tertua mencatat persentase tertinggi (20 persen) di antara semua kelompok umur.
Beradaptasi dengan teknologi baru ini juga dapat menghadirkan tantangan tersendiri bagi Generasi
Bisu.
Sebanyak 20 persen dari mereka mengalami kesulitan dalam melakukan transaksi keuangan online.
Sisi baiknya adalah, hampir seperempat (24 persen) dari semua responden dari Asia Tenggara menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya mempercayai pembayaran digital.
Baca Juga: Sebanyak 1.150 Pangkalan Data Indonesia Tercecer di Internet
“Orang dewasa yang lebih tua bukan berasal dari era internet. Kekhawatiran mereka dapat dimengerti
dan harus dilihat sebagai tindakan pencegahan untuk melakukan kesalahan yang dapat merugikan dalam teknologi yang masih mereka pelajari untuk digunakan," jelas Sandra Lee, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.
Namun, dia menambahkan, perlu dicatat bahwa sebagian besar dari mereka (26 persen) mempercayai platform pembayaran digital.
Seiring mereka menyambut untuk mengadopsi perubahan, perlu didorong generasi muda untuk melangkah maju dan membantu orang lebih tua dalam merangkul teknologi.
"Kesadaran masyarakat dan pemerintah serta upaya edukasi juga merupakan indikator penting,” katanya dalam keterangan resminya, Sabtu (7/5/2022).
Mengingat preferensi mereka untuk berhati-hati saat online, tidak mengherankan bahwa generasi tertua paling menyukai efisiensi perangkat lunak antivirus.
Lebih dari tiga di antara lima (61 persen) orang dewasa berusia 55 tahun ke atas menunjukkan tingkat kepercayaan tertinggi terhadap solusi keamanan dibandingkan dengan kelompok usia lebih muda.
Sementara rata-rata, setengah dari semua generasi di Asia Tenggara (50 persen) memahami pentingnya
penggunaan perangkat lunak antivirus untuk melindungi uang dan data online mereka.
Sementara, Gen Z menunjukkan kepercayaan paling rendah sebesar 46 persen, Milenial sebesar 49 persen, dan Gen X sebesar 52 persen.
Hampir seperempat (20 persen) dari semua responden merasa bahwa penggunaan perangkat lunak antivirus sudah cukup.
Sebesar 17 persen responden merasa tidak yakin atau tidak mengetahui tentang bagaimana antivirus dapat membantu mereka mengurangi risiko kerugian finansial.
Secara mengkhawatirkan, masih ada sekitar 14 persen yang mengatakan bahwa perangkat lunak antivirus bukanlah alat penting, dalam memerangi ancaman dunia maya yang dapat mengancam data keuangan dan properti.
"Penjahat dunia maya memahami kebiasaan dan keadaan emosional kita, karena mereka juga manusia," ujarnya.
Terlihata bagaimana mereka menjadi semakin kreatif dalam menargetkan pengguna dengan serangan rekayasa social.
"Kami mendesak semua generasi melihat ke perspektif lebih dalam yaitu untuk melindungi perangkat mereka dengan alat yang tepat demi mengamankan tidak hanya data tetapi yang paling penting adalah uang dari hasil jerih payah mereka,” terang Lee.
Berita Terkait
-
Usai Jerman, Italia Batasi Penggunaan Antivirus Kaspersky dari Rusia
-
33 Kerentanan Ditemukan dalam Transfer Data Telehealth, Waduh!
-
Tips Tetap Aman Secara Digital saat Bekerja dengan Freelancer
-
Google Beli Perusahaan Keamanan Siber Mandiant Seharga Rp 77 Triliun
-
Pahami Keamanan Siber Sebelum Lakukan Transformasi Digital
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Kepsek Roni Ardiansyah Akhirnya Kembali ke Sekolah, Disambut Tangis Haru Ratusan Siswa
-
Bukan Cuma Joget! Kenalan dengan 3 Influencer yang Menginspirasi Aksi Nyata untuk Lingkungan
-
Heboh! Rekening Nasabah Bobol Rp70 Miliar di BCA, OJK dan SRO Turun Tangan, Perketat Aturan!
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
Terkini
-
13 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 September, Hadiah Son Heung-min Menanti
-
51 Kode Redeem FF Terbaru 18 September: Klaim XM8, Bunny Bundle, dan Skin Draco
-
6 HP Rp1 Jutaan dengan Memori 128 GB Terbaik: Performa Stabil untuk Multitasking Harian
-
9 Kode Redeem FF Terbaru 18 September: Masih Aktif, Klaim Hadiah Skin MP40 Predatory Cobra
-
HP Murah Redmi 15R 5G Meluncur: Andalkan Dimensity 6300 dan Baterai Jumbo
-
Xiaomi 17 Series Muncul di Platform Benchmark: Usung RAM 16 GB dan Chip Anyar
-
12 Kode Redeem FC Mobile 18 September 2025 yang Masih Aktif, Striker Jangkung Crouch Siap Klaim
-
33 Kode Redeem FF Terbaru 18 September 2025, Ada SG2 Hand of Hope dan Gloo Wall Permanen
-
Samsung Galaxy Buds 3 FE Hadir ke Indonesia, TWS Premium Harga Lebih Murah
-
Huawei Pura 80 Masuk Indonesia Bulan Depan, Versi Murah dari Pro dan Ultra