Tekno / Internet
Senin, 17 November 2025 | 12:58 WIB
Vine kini “hidup kembali” dalam wujud baru berupa aplikasi bernama diVine (diVine)

Suara.com - Aplikasi video enam detik yang pernah merajai internet, Vine, kini “hidup kembali” dalam wujud baru bernama diVine.

Proyek ini hadir berkat dukungan pendanaan dari Jack Dorsey, salah satu pendiri Twitter, dan menawarkan sesuatu yang tak lagi umum di platform media sosial masa kini: konten yang benar-benar dibuat manusia. Bukan hasil AI.

Mengutip TechCrunch (12/11/2025), DiVine resmi diperkenalkan sebagai aplikasi baru yang menghadirkan kembali sekitar 100.000 video Vine lama yang berhasil dipulihkan dari arsip cadangan sebelum layanan tersebut ditutup pada 2016.

Arsip itu awalnya diselamatkan oleh Archive Team, komunitas pegiat internet yang kerap menyelamatkan situs-situs yang terancam hilang. Namun video Vine yang tersimpan ternyata berupa berkas biner raksasa berukuran puluhan giga byte, tidak praktis untuk ditonton begitu saja.

Hal inilah yang kemudian mendorong Evan “Rabble” Henshaw-Plath, mantan karyawan awal Twitter yang kini terlibat dalam organisasi non profit Dorsey, “And Other Stuff”, untuk mencoba membangkitkan Vine versi baru.

Ia menghabiskan berbulan-bulan menulis skrip big data, mempelajari struktur berkas, hingga akhirnya berhasil mengekstrak kembali ribuan video, termasuk data pengguna lama dan jejak interaksi seperti jumlah tayangan serta sebagian komentar asli.

Meski tidak semua konten berhasil diselamatkan, Rabble menyebut aplikasi ini memuat hingga 200.000 video dari sekitar 60.000 kreator—sebagian besar merupakan video yang paling populer di masa kejayaannya.

Tujuan diVine bukan sekadar nostalgia. Pengguna nantinya bisa membuat profil baru dan mengunggah video Vine versi modern. Namun, ada aturan baru yang tegas: konten berbasis AI tidak diperbolehkan. Aplikasi akan menandai konten yang dicurigai menggunakan AI dan mencegahnya diposting.

Kebijakan ini menjadi penegasan bahwa diVine ingin menjadi ruang bagi kreativitas manusia di tengah maraknya video yang dihasilkan mesin. Untuk memverifikasi video benar-benar direkam oleh manusia, diVine bekerja sama dengan Guardian Project, organisasi yang memiliki teknologi untuk memastikan keaslian rekaman smartphone.

Baca Juga: WhatsApp Siapkan Fitur Message Request: Privasi Pengguna Makin Terlindungi

Kreator Vine lama yang karyanya disertakan dalam arsip tetap memiliki hak cipta penuh. Mereka dapat meminta video mereka dihapus melalui DMCA takedown jika tidak ingin kontennya muncul di diVine. Sebaliknya, mereka juga bisa mengambil alih akun Vine mereka dengan membuktikan kepemilikan akun media sosial yang dulu dicantumkan di profil Vine.

Setelah verifikasi selesai, mereka dapat mengunggah video baru atau menambahkan konten lama yang belum berhasil dipulihkan oleh tim diVine.

Satu hal yang membuat diVine berbeda dari platform masa kini adalah fondasi teknologinya. Aplikasi ini dibangun di atas Nostr, protokol terdesentralisasi yang memungkinkan siapapun membuat aplikasi dan server sendiri tanpa campur tangan perusahaan besar.

Mengutip dari TechCrunch (12/11/2025), Dorsey menyebut pendekatan ini sebagai upaya membuka kembali ruang eksperimentasi: dunia yang tidak bergantung pada modal besar, model bisnis eksploitatif, atau kendali penuh perusahaan raksasa.

Ia menegaskan bahwa teknologi semacam ini memberi pengembang dan komunitas kebebasan menciptakan ekosistem sosial baru yang tidak bisa dimatikan hanya karena keputusan pemilik korporasi.

Peluncuran awal diVine langsung menarik perhatian publik. Dalam empat jam pertama, lebih dari 10.000 orang ikut serta dalam program uji coba. Aplikasi ini tersedia di Android, tetapi masih kesulitan masuk App Store karena proses peninjauan Apple yang berulang kali menolak aplikasi tersebut.

Load More