Video / News
Minggu, 07 Desember 2025 | 09:00 WIB

Suara.com - Rob bukan lagi tamu musiman di Tambakrejo, Semarang. Ia datang harian. Merembes dari balik tanggul, menyusup ke jalan, masuk ke rumah. Tapi di balik tantangan itu, Tambakrejo justru menunjukkan bahwa solusi bertahan di pesisir tidak selalu harus setinggi dan sekeras beton.

Dari Jalan RW 16 yang selalu basah hingga PAUD yang terpaksa dipindahkan, warga hidup berdampingan dengan rob sambil terus mencari cara yang lebih sesuai dengan ekosistem mereka sendiri. Selama bertahun-tahun, mereka menanami pesisir dengan mangrove, memperkuat akar-akar yang menahan abrasi, dan merawat kawasan yang perlahan tumbuh menjadi pelindung alami kampung.

Ketika reklamasi, industri, dan penurunan tanah memperburuk keadaan, tanggul laut memang dibangun sebagai jawaban cepat pemerintah. Namun rembesan tetap muncul, bahkan gelombang memantul dan merusak dua hektare mangrove yang sudah dirawat lebih dari satu dekade. Justru dari sini terlihat batasan solusi berbasis beton.

Warga Tambakrejo belajar dari pengalaman itu: perlindungan terbaik tidak datang dari tembok yang memutus laut dan kampung, melainkan dari ekosistem yang hidup. Mangrove kembali ditanam, dirawat, dan dijadikan garda depan yang terbukti mampu meredam gelombang dan menjaga garis pantai.

Lantas, bagaimana warga Tambakrejo mempertahankan kampungnya lewat solusi berbasis alam? Saksikan selengkapnya dalam video di atas.

Load More