Suara.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta turun tangan secara langsung mengawasi pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pasalnya, sejak program-program MP3EI digulirkan pada 27 Mei 2011 lalu, terlalu sedikit realisasi investasi yang dicatat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI).
“Kami mendesak Presiden untuk turun tangan mengawasi proyek-proyek MP3EI. Apalagi program itu munculnya dari Presiden,” ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Azis, dalan keterangan persnya di Jakarta, Jumat (7/2).
Mengutip data KP3EI, Harry menyebutkan, realisasi proyek-proyek MP3EI yang telah di-groundbreaking hingga akhir 2013 senilai Rp 828,72 triliun. Terdiri dari 365 proyek MP3EI yang tersebar di 6 Koridor Ekonomi (KE). Masing-masing yaitu Koridor Sumatera senilai Rp 133,16 triliun, Koridor Jawa (Rp 296,34 triliun), Koridor Kalimantan (Rp 176,79 triliun), Koridor Sulawesi (Rp 62,72 triliun). Lalu Koridor Bali-NT (Rp 53,85 triliun), dan Koridor Papua-Maluku (Rp 105,86 triliun).
“Artinya, selama 2,5 tahun sejak diluncurkan capaian realisasinya hanya Rp 829 triliun. Atau sekitar Rp 331,6 triliun per tahun. Angka itu menunjukkan bahwa pemerintah, tepatnya presiden tidak perduli dengan program itu. Mungkin beliau sibuk dengan urusan partainya, sehingga lupa mengurusi negara dan program yang ia luncurkan,” ungkap Harry.
Menurut Harry, jika saja presiden mau turun tangan langsung maka dipastikan target-target MP3EI tercapai dalam waktu singkat. Apalagi, Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan terbaik di dunia saat ini, sehingga memberikan tingkat konfidensi yang tinggi. Sebab kepercayaan kepada negara juga terwakilkan dengan kepercayaan kepada pemimpinnya.
Konfidensi itu, lanjut Harry, tercermin dari peran pembiayaan swasta yang memberikan kontribusi terbesar sebanyak 39% atau setara dengan Rp323,32 triliun. Berikutnya kontribusi BUMN sebesar 25,7% (Rp 212,88 triliun), dan akhirnya kontribusi pemerintah sebesar 15,9%, atau senilai Rp 131,71 triliun.
Lebih jauh, data KP3EI menargetkan hingga akhir 2014, terdapat 166 proyek yang akan groundbreaking dengan nilai investasi Rp 628,91 triliun. Sehingga secara total investasi yang terkumpul sejak 27 Mei 2011 hingga akhir 2014, sekitar Rp 1.457,63 triliun.
Harry menilai, angka itu terlalu kecil jika saja presiden mau terlibat. Sebab kehadiran seorang pemimpin negara dipastikan akan mempercepat proses dan implementasi kebijakan di lapangan.
Asumsinya, jelas Harry, untuk APBN 2014 terbukti cukup meyakinkan sebesar Rp. 1840 T. maka dengan perhitungan yang sama realisasi MP3EI sejak Juni 2011 hingga akhir 2014, akan meraup investasi diatas Rp 5.000 triliun. Karena itu, tambah dia, meski pemerintahan ini akan berakhir pada Oktober 2014, namun Partai Golkar akan terus mendesak presiden SBY untuk terlibat langsung dalam pengawasan implementasi MP3EI.
Sebab hal itu merupakan tanggung jawab Partai Golkar untuk tetap mengawal pemerintahan menjalankan amanat rakyat. Memang pola alokasinya yang harus terus diperbaiki, sehingga terus memperkuat pola alokasi pembangun infrastruktur yang menjadi tema utama MP3EI. Termasuk di dalamnya interconnectivity antar regional dan pulau-pulau di Indonesia, sehingga memperkuat integritas NKRI. Agar semakin terjamin dan kesejahteraan rakyat semakin terwujud.
“Intinya, itu semua akan terwujud jika presiden mau dan rela turun tangan langsung mengawasi implementasi program MP3EI di lapangan. Tapi kalau tidak mau turun tangan langsung dan hanya sibuk beretorika, maka mustahil target-target maha proyek MP3EI bisa terwujud. Bahkan, meski KP3EI bekerja siang malam mendorong seluruh pihak, tetap tidak akan mampu mencapai targetnya. Jadi kuncinya ada di tangan pemimpin,” lanjut Harry.
Berita Terkait
-
Aceh Sedot Investasi Rp3,58 Triliun, Investor Lokal Merajai
-
Rosan Pamer Realisasi Investasi Jumbo Hingga September 2025, Ciptakan 2 Juta Lapangan Kerja
-
Prasasti: Realisasi Investasi Naik Bukti Ekonomi Indonesia Dipandang Positif
-
Indonesia Telah Diguyur Investasi Rp 950 Triliun Hingga Semester I-2025
-
Potensi Investasi Rp 2.000 Triliun ke Indonesia Melayang, Karena Banyaknya Regulasi
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Bukan Sekadar Bantuan, Pemberdayaan Ultra Mikro Jadi Langkah Nyata Entaskan Kemiskinan
-
BEI Rilis Liquidity Provider Saham, Phintraco Sekuritas Jadi AB yang Pertama Dapat Lisensi
-
Ekonomi RI Melambat, Apindo Ingatkan Pemerintah Genjot Belanja dan Daya Beli
-
Pakar: Peningkatan Lifting Minyak Harus Dibarengi Pengembangan Energi Terbarukan
-
Pertamina Tunjuk Muhammad Baron Jadi Juru Bicara
-
Dua Platform E-commerce Raksasa Catat Lonjakan Transaksi di Indonesia Timur, Begini Datanya
-
KB Bank Catat Laba Bersih Rp265 Miliar di Kuartal III 2025, Optimistis Kredit Tumbuh 15 Persen
-
Ekspor Batu Bara RI Diproyeksi Turun, ESDM: Bukan Nggak Laku!
-
IHSG Berhasil Rebound Hari Ini, Penyebabnya Saham-saham Teknologi dan Finansial
-
Pengusaha Muda BRILiaN 2025: Langkah BRI Majukan UMKM Daerah