Suara.com - Pemerintah diminta menyiapkan 600 ribu hektar lahan untuk menanam kedelai. Pengadaan lahan itu merupakan salah satu syarat agar Indonesia bisa mencapai swasemba pangan. Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia Yusan mengatakan, salah satu hambatan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah masih terbatasnya lahan untuk petani kedelai.
“Bukan hanya lahan sebenarnya, tapi pemerintah juga harus menyiapkan bibit unggul dan juga petani khusus kedelai. Saat ini, petani itu kan ada petani pilihan berdasarkan cuaca dan harga. Petani pilihan ini menanam berdasarkan cuaca, apabila musim hujan mereka menanam padi dan apabila kemarau mereka akan menanam kedelai. Sedangkan petani harga adalah petani yang memilih menanam tanaman dengan harga yang lebih baik,” kata Yusan kepada suara.com melalui sambungan telepon, Rabu (16/4/2014).
Syarat lain yang harus dipenuhi adalah harga. Kata Yusan, pemeritah harus bisa menjamin harga jual kedelai memberikan keuntungan bagi petani. Karena itu, harus ada jaminan bahwa pemerintah bisa menjaga harga kedelai dari petani.
Yusan menambahkan, kedelai sebenarnya adalah tanaman yang bisa cepat tumbuh apabila ditanam di negara sub tropis. Dia memberi contoh, kedelai bisa cepat berproduksi apabila ditanam di Amerika yang merupakan negara sub tropis.
Sedangkan Indonesia sebagai negara tropis akan sulit untuk meningkatkan produksi kedelai kecuali disediakan lahan luas untuk menanam tanaman itu. Permasalahan lain adalah belum ada petani yang khusus menanam kedelai di Indonesia.
“Selama ini, petani yang menanam kedelai adalah petani yang tadinya menanam padi. Ketika musim kemarau mereka akan menanam tanaman yang tidak perlu air terlalu banyak seperti kedelai,” ujarnya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, sudah saatnya Indonesia melakukan swasembada kedelai yang menjadi salah satu bahan makanan pokok. Kata Hatta, pemerintah sudah menetapkan harga beli kedelai dari petani yang dilakukan oleh Bulog. Cara ini diharapkan bisa membuat harga kedelai stabil. Tahun lalu, kedelai sempat langka sehingga pemerintah terpaksa mengimpor dari Amerika Serikat.
Berita Terkait
-
4 Pelembab Kandungan Kedelai Ampuh Jaga Elastisitas Kulit dan Lawan Kerutan
-
4 Rekomendasi Toner Soybean untuk Jaga Kelembapan dan Perkuat Skin Barrier
-
Dari Jaga Perairan ke Tanam Kedelai: Apa Kabar Mandat TNI AL?
-
Catat! Ini Dia Ciri Kecap Manis Berkualitas untuk Masakan Nusantara Otentik
-
3 Serum dengan Kandungan Soybean, Rahasia Kulit Kenyal dan Bebas Kusam!
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Saham-saham Prajogo Pangestu Paling Banyak Diburu! Cek Prediksi IHSG Hari Ini
-
Pertamina Klaim Masih Negosiasi dengan SPBU Swasta soal Pembelian BBM
-
Bahlil: BBM Wajib Dicampur Etanol 10 Persen
-
Didesak Beli BBM Pertamina, BP-AKR: Yang Terpenting Kualitas
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?