Suara.com - Kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia serta kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah berhasil membawa Indonesia keluar dari krisis perekonomian global. Namun, di sisi lain, kebijakan uang ketat alias tight money policy yang selama ini diterapkan justru menimbulkan korban.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, sektor riil menjadi pihak yang paling dirugikan dengan kebijakan uang ketat yang diterapkan Bank Indonesia dan juga pemerintah.
“Dengan tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia, sektor riil akan semakin sulit untuk mendapatkan kredit dari perbankan. Karena, bunga kredit menjadi besar. Ini bisa dilihat dari data perbankan yang jumlah kucuran kredit ke sektor riil semakin berkurang. Sementara itu, kebijakan fiskal pemerintah juga masih belum mendukung seperti sarana infrastruktur yang belum memadai,” kata Enny kepada suara.com melalui sambungan telepon, Kamis (17/4/2014).
Enny menambahkan, defisit perdagangan yang sempat melonjak pada akhir tahun lalu terjadi karena adanya lonjakan impor. Kata dia, lonjakan impor terjadi karena produksi yang melambat. Melambatnya produksi ini karena sektor riil tidak bisa menambah kapasitasnya.
“Akibatnya, produksi tidak bisa memenuhi permintaan sehingga dilakukannlah impor. Ini merupakan dampak semakin tertutupnya akses sektor riil untuk mendapatkan kredit perbankan. Apabila ini terus terjadi, maka akan mempengaruhi angka pengangguran. Karena itu, Bank Indonesia seharusnya mulai menurunkan suku bunga sehingga sektor riil mampu mengajukan kredit ke perbankan,” ujar Enny.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, Indonesia memperoleh apresiasi dari forum G20 terkait kebijakan moneter maupun fiskal yang tepat dalam mengatasi isu defisit neraca transaksi berjalan.
“Kebijakan Indonesia dianggap tepat, bagaimana merespon dengan fiskal untuk mengurangi subsidi BBM, dan Bank Indonesia juga menaikkan interest rate membuat nilai tukar menguat,” katanya, seperti dilansir dari laman Indonesia.go.id, Kamis (17/4/2014).
Ia menambahkan kebijakan moneter dan fiskal yang sesuai untuk menjaga fundamental ekonomi tersebut, memberikan kepercayaan kepada investor atas prospek ekonomi Indonesia yang lebih memadai di masa mendatang.
Berita Terkait
-
Studi INDEF: Netizen Dukung Putusan MK soal Larangan Rangkap Jabatan, Sinyal Publik Sudah Jenuh?
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Impor Teksil Ilegal Lebih Berbahaya dari Thrifting
-
Ekonom : Sikat Gudang Penyelundup Thrifting tapi Beri Napas Pedagang Eceran!
-
Ekonom Sebut Moratorium Cukai Rokok Lebih Untung Bagi Negara Dibanding Kenaikan
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Kadin Minta Menkeu Purbaya Beri Insentif Industri Furnitur
-
Siap-siap, Bank Mandiri Mau Bagikan Dividen Interim Rp 100 per Saham
-
UMKM Terdampak Banjir Sumatera Dapat Klaim Asuransi untuk Pemulihan Usaha
-
Harga Perak Sempat Melonjak Tajam, Hari Ini Koreksi Jelang Akhir Pekan
-
Danantara Bangun 15.000 Hunian Sementara untuk Korban Banjir Sumatera
-
Viral di Medsos, Purbaya Bantah Bantuan Bencana Sumatra dari Luar Negeri Kena Pajak
-
Indodax Setor Kewajiban Pajak Kripto, Mulai dari PPh hingga PPN Transaksi Digital
-
IHSG dan Rupiah Kompak Loyo Hari Ini
-
Program Belanja 2025 Tembus Transaksi Rp272 Triliun
-
Apa Itu Working Capital? Pahami Pengertian dan Pentingnya bagi Kesehatan Bisnis