Indeks Dow S&P 500 di Wall Street mencatat rekor baru pada Jumat (5/12/2014) atau Sabtu pagi waktu Indonesia barat, setelah laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan pertumbuhan lapangan pekerjaan meluas pada November. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 58,69 poin (0,33 persen) dan ditutup pada posisi 17.958,79, melampaui rekor yang dicatat pada Rabu (3/12/2014).
Indikator pasar lebih luas indeks S&P 500 naik 3,32 poin (0,16 persen) pada 2.075,24, juga rekor penutupan baru, dan indeks komposit teknologi Nasdaq naik 11,32 poin (0,24 persen) menjadi 4.780,76.
Indeks Dow mengakhiri minggu pertama Desember mendekati batas psikologis 18.000, setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan ada tambahan 321.000 pekerjaan pada November. Angka ini melebihi perkiraan dan merupakan pertumbuhan terbaik dalam tiga tahun terakhir. Meskipun demikian, pasar saham harus berjuang untuk menemukan arah sebelum mengikuti sektor keuangan yang lebih tinggi.
"Kurangnya kekuatan yang meluas menyusul laporan pekerjaan yang solid adalah refleksi sebuah kekhawatiran bahwa Fed mungkin akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan pasar," demikian analisa Briefing.com.
The Fed telah mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga dana federal atau fed funds pada pertengahan 2015, tergantung pada kinerja ekonomi. Data ekonomi lainnya bervariasi. Defisit perdagangan AS menyempit menjadi 43,4 miliar dolar AS pada Oktober karena peningkatan ekspor, sementara pesanan pabrik turun untuk tiga bulan berturut-turut.
Saham-saham finansial mencetak kenaikan besar. Anggota Dow Goldman Sachs dan JPMorgan Chase masing-masing naik 1,8 persen dan 2,2 persen. Bank of America naik 2,7 persen. Namun raksasa minyak, Chevronharus kehilangan 1,3 persen karena penurunan harga minyak.
Titan teknologi Apple jatuh 0,4 persen setelah media melaporkan bahwa gugatan "class action" atas iPod-nya kemungkinan gagal. Pengecer diskon Big Lots menukik 16,6 persen setelah melaporkan rugi bersih yang lebih luas dari perkiraan sebesar 3,4 juta dolar AS pada kuartal ketiga. Burger King Worldwide naik 0,4 persen setelah mengumumkan akan membeli jaringan kopi dan donat Kanada, Tim Hortons. (Antara)
Berita Terkait
-
IHSG Tembus Rekor 8.000, Presiden Prabowo: Ini di Luar Dugaan
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Investor Saham Menanti Gebrakan Purbaya Yudhi Setelah Jadi Menteri Keuangan
-
Pengganti Sri Mulyani Dianggap Pengalaman, Ekonom Sebut Aksi Panik Investor Saham Hanya Sementara
-
10 Perusahaan Antre IPO: Pasar Saham Indonesia Masih Bergairah?
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Terbaik, Ideal untuk Gaming dan Kerja Harian
-
HP Mau PHK 6.000 Karyawan, Klaim Bisa Hemat Rp16,6 Triliun
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
Terkini
-
Cegah Kejahatan Siber, BRI Terus Edukasi Nasabah untuk Jaga Kerahasiaan Data Transaksi Perbankan
-
Harga Minyak Stabil, Pasar Cermati Sinyal Perdamaian Rusia-Ukraina
-
Dasco Ungkap di Balik Presiden Prabowo Rehabilitasi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi
-
Rupiah Lanjutkan Tren Penguatan, Bikin Dolar Amerika Tertekan
-
KB Bank Perkokoh Kualitas Aset melalui Kerja Sama Sukuk dengan TBS Energi Utama
-
HP Mau PHK 6.000 Karyawan, Klaim Bisa Hemat Rp16,6 Triliun
-
Bankir Ini Nilai Penggunaan AI Jadi Masa Depan Industri Keuangan
-
Operasional KRL Sampai Jam Berapa di Malam Tahun Baru? Simak Jadwalnya
-
Aguan dan Salim Mau Ciptakan Kawasan Bisnis Tepi Laut
-
Meski Banyak Tekanan Pasar Properti Tetap Tumbuh, Didukung Kebijakan Pemerintah