Suara.com - Penyuntikan modal melalui pemberian dana stimulus dari deviden maupun Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk meningkatkan kinerja sebuah BUMN, dinilai semakin tidak tepat sasaran. Hal itu antara lain disampaikan oleh pengamat ekonomi dari Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (Akses), Suroto.
"Sebenarnya pemberian dana stimulus dari deviden yang ditahan, maupun Penyertaan Modal Negara untuk meningkatkan kinerja BUMN, itu sudah tidak beralasan dan tidak tepat sasaran," kata Suroto di Jakarta, Sabtu (24/1/2015).
Apalagi, kata Suroto, apabila dana tersebut diberikan kepada perusahaan BUMN yang sudah go public, yang sahamnya sebagian besar dikuasai oleh swasta asing.
Suroto mencatat, laporan keuangan konsolidasi akhir tahun 2014 dari 119 total BUMN, membukukan aset sebesar Rp4.467 triliun. Sementara untuk laba bersih konsolidasi adalah sebesar Rp154,1 triliun.
"Apabila dilihat dari sisi pasivanya, total liability atau utangnya lebih dari Rp3.000 triliun. Sementara beberapa BUMN yang sudah listing sahamnya di bursa, dikuasai swasta asing. Ditambah utang luar negerinya dalam bentuk valuta asing, sehingga banyak yang merugi," katanya.
Dilihat dari struktur modalnya, kata Suroto lagi, sebetulnya BUMN di Indonesia sudah berada dalam kendali para kreditor, meskipun struktur kendali saham mayoritasnya masih ada di tangan pemerintah.
"Jadi logikanya, secara de jure BUMN masih dimiliki pemerintah, namun de facto dikuasai swasta kapitalis yang berorientasi pada profit," katanya.
Kenyataan itu, menurut Suroto lagi, berakibat pada kualitas layanan BUMN yang semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
"(Makanya) Jangan salahkan kalau BUMN kita itu dalam menyalurkan barang atau jasa publik, sudah dikomodifikasi dan dikomersialisasi," katanya.
Menurut Suroto lagi, semua itu sebenarnya bermuara pada peraturan dan payung hukum BUMN, yakni UU BUMN, yang dinilainya telah mengubah tujuan BUMN menjadi perusahaan yang orientasinya mengejar profit.
"Jadi, masyarakat tidak perlu lagi mengeluh kalau BUMN menaikkan tarif demi untuk mengejar target profit dan untuk membayar bunga pinjamannya. Sebab menurut UU, semua BUMN itu (memang) hanya punya tanggung jawab satu, (yaitu) keuntungan," tandasnya. [Antara]
Berita Terkait
-
Rencana Merger BUMN Karya Terus Digas, Tinggal Tunggu Kajian
-
Menkeu Purbaya Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tembus 5,5 Persen
-
Pemda Pinjam Duit ke Pemerintah Pusat, Menkeu Purbaya Beri Bunga 0,5 Persen
-
Pupuk Indonesia Groundbreaking Pabrik Soda Ash Pertama, Siap Hemat Devisa Rp1,25 Triliun Per Tahun
-
Sosok Rahmad Pribadi: Dari Harvard Hingga Kini Bos Pupuk Indonesia
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
USS Jakarta 2025 x BRI: Nikmati Belanja Fashion, Sneakers dan Gaya Hidup Urban dengan Promo BRI
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Dapat Tax Holiday, Bahlil Pastikan PT Lotte Chemical Indonesia Perluas Pabrik di Cilegon
-
Menteri UMKM Tuding Bea Cukai sebagai Biang Kerok Lolosnya Pakaian Bekas Impor
-
Menperin Agus Sumringah: Proyek Raksasa Lotte Rp65 Triliun Bakal Selamatkan Keuangan Negara!
-
Cara Daftar Akun SIAPkerja di Kemnaker untuk Ikut Program Magang Bergaji
-
Presiden Prabowo Guyur KAI Rp5 T, Menperin Agus: Angin Segar Industri Nasional!
-
Selain Pabrik Raksasa Lotte, Prabowo Pacu 18 Proyek Hilirisasi Lain: Apa Saja Targetnya?
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
Harga Pupuk Subsidi Turun, Menko Pangan Apresiasi Pupuk Indonesia