Suara.com - Li Ka-shing, konglomerat terkaya di Asia tengah berencana membeli O2, perusahaan telekomunikasi terbesar di Eropa. Apabila terealisasi, pembelian O2 akan menjadi pembelian terbesar yang dilakukan Li di sepanjang perjalanan bisnisnya di luar Hongkong.
Li adalah bos dari Hutchison Whampoa, Cheung Kong Holdings dan Watson Group. Dengan kekayaan 35 miliar dolar Amerika, Li dinobatkan majalah Forbes sebagai konglomerat terkaya di Asia selama 15 tahun beruntun.
Lelaki kelahiran 13 Juni 1928 itu mulai berbisnis sejak usai 17 tahun. Ketika itu, Li meninggalkan bangku sekolah dan menjual jam di toko milik pamannya. Tanpa disangka, Li langsung meraih sukses dari jualan jam tangan itu dan direkrut oleh sebuah perusahaan untuk menjual sejumlah produksi logam.
Jualan logam di pagi dan siang hari, Li juga bekerja pada malam hari untuk mengawasi proses pembuatan logam yang dijualnya. Pekerjaan ini membuat Li bisa mengontrol operasi dari pabrik dan juga komersialisasi produk.
Pada 1947, Li meminjam uang dari keluarganya dan mulai menjual bunga buatan. Tidak perlu waktu lama, Li memutuskan untuk membuat pabrik bunga buatan dan menyewa salesman terbaik. Dari pabrik bunga buatan inilah, Li menandatangani kontrak pertama yang menguntungkan.
Hanya dalam waktu beberapa tahun, Li menjadi penyedia bunga buatan terbesar di Asia. Pada era 1960-an, Revolusi Kebudayaan membuat banyak warga Hongkong pindah ke luar negeri sehingga membuat harga properti anjlok.
Berbeda dengan banyak orang, Li yakin harga properti akan kembali naik sehingga memutuskan untuk membeli tanah. Pada 1971, dia mendirikan perusahaan properti Cheung Kong. Tidak perlu waktu lama bagi Li untuk membuat dirinya menjadi orang kuat di industri properti di Hongkong. Sukses di properti, Li mulai mengalihkan perhatian ke bisnis pelabuhan.
Li menguasai Hutcison Whampoa Limited pada 1979 dengan kepemilikan saham 22 persen. Berawal dari perusahaan itu, Li memutuskan untuk melebarkan sayapnya ke Rotterdam dan Panama. Hutcison Whampoa Limited pun langsung menjelma menjadi operator pelabuhan global pertama.
Li terus melebarkan bisnisnya termasuk membeli 48 persen saham di Orange hingga grup Mannesman dengan nilai 15 miliar dolar Amerika. Dia adalah orang pertama yang melakukan investasi di 3G dan menjadi pemimpin di industri tersebut di Eropa. Tidak banyak yang tahu bahwa Li juga berinvestasi di Facebook sebesar 120 juta dolar Amerika. Investasi itu membuat Li mempunyai 0,8 persen saham di media sosial tersebut.
Li terus melebarkan sayapnya ke sektor lain seperti parfum di mana dia membeli perusahaan parfum berjaringan Marionnaud. Dia juga punya saham di maskapai penerbangan Air Canada. Meski sudah menjadi orang terkaya di Asia, Li tetap tampil dengan sederhana. Pakaian yang dikenakannya juga bukan yang mahal tetapi hanya baju hitam yang sederhana ditambah dengan jam Seiko yang sama sekali tidak mahal.
Li juga kerap dijuluki sebagai Superman di Hongkong karena keberaniannya dalam berbisnis. Dari perusahaan pembuat bunga buatan, Li sudah mengembangkan perusahaannya menjadi perusahaan besar di Hongkong dan masuk ke bursa saham pada 1972.
Meski sudah bergelimang uang, Li tidak lupa terlibat dalam kegiatan sosial. Dia sudah menyumbang 1,41 miliar dolar Amerika untuk badan amal dan alasan kemanusiaan. Li juga membentuk Yayasan Li Ka shing yang berfokus dalam penelitian di bidang kesehatan.
Usianya sudah tidak muda lagi, 86 tahun, namun Li masih dalam kondisi fisik yang sehat. Ternyata, Li termasuk orang yang rajin bangun pagi. Dia bangun mulai pukul 6 pagi dan bermain golf selama 1,5 jam. Dia juga melakukan treadmill selama 15 menit setiap sore.
Ada sejumlah pernyataan Li yang kerap dikutip oleh media, antara lain,”Ketika anda miskin, anda harus murah hati. Ketika anda kaya, anda jangan sampai terlihat orang ketika memberikan uang. Ketika miskin, anda harus mengeluarkan uang sehingga orang lain bia melihat. Saat kaya, jangan pamer, tetapi keluarkan uang anda untuk orang lain secara diam-diam.” (Bloomberg/BussinesInsider)
Tag
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya