Suara.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 sebesar 5,01 persen. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi terendah dalam lima tahun terakhir. Pada 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,78 persen. Krisis finansial global menjadi pemicu lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merupakan negara terbesar di Asia Tenggara tengah melambat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebabnya karena anjloknya komoditas eksport dan juga melemahnya permintaan dari negara besar seperti Cina dan juga pasar besar lainnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,02% banyak ditopang oleh industri pengolahan.
Lanjut Suryamin, tahun lalu, industri pengolahan tumbuh 4,63%. Naik dibandingkan pertumbuhan pada 2013 yang sebesar 4,49%.
"Sudah ada perbaikan, tapi belum tinggi. Mudah-mudahan kalau perbaikan bisa menangkap penurunan barang modal," kata Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (5/2/2015).
Menurut Suryamin, Peningkatan industri pengelolaan tersebut, didorong oleh sub sektor industri makanan dan minuman, percetakan, serta permesinan."
Ini karena Pemilu. Permintaan naik untuk kebutuhan kampanye dan sebagainya," ungkapnya.
Berdasarkan data BPS, tahun lalu pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 5,02% secara tahunan (year-on-year). Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan target pemerintah dalam APBN-P 2014, yaitu 5,5%.
Berdasarkan laporan dari BPS, ketidakpastian politik juga memberikan kontribusi atas melambatnya investasi asing yang masuk. Banyak calon investor yang menunggu pemilu presiden selesai sebelum mengucurkan dananya untuk investasi di Indonesia.
Target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 adalah 5,5 persen. Sejumlah kalangan sebenarnya sudah pesmistis target itu bisa dicapai karena pada semester pertama pertumbuhan ekonomi hanya berada di angka 5,17 persen. (CNA/AFP)
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
Terkini
-
BRI Tebar Dividen Interim Rp137 per Saham, Cek Jadwal Terbaru Pasca Update
-
Harga Pangan 18 Desember: Beras, Bawang, Cabai, Daging Ayam dan Migor Turun
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
BI: Ekonomi Indonesia Bisa Tertekan Imbas Bencana Aceh-Sumatra
-
Rupiah Terus Tertekan, Dolar Amerika Melejit ke Level Rp16.700
-
Produsen CPO Genjot Produksi di Tengah Tingginya Konsumsi Domestik
-
IHSG Berbalik Perkasa di Kamis Pagi ke Level 8.700
-
10,5 Juta Orang Diproyeksikan Bakal Berlibur Naik Pesawat di Nataru
-
Penyaluran KUR Perumahan Tembus Rp3,5 Triliun di Akhir 2025
-
Harga Emas Antam Hari Ini Masih Kesulitan Tembus Level Rp2,5 Juta