Bisnis / Makro
Kamis, 18 Desember 2025 | 10:28 WIB
Warga memasangkan bendera putih di depan rumahnya yang rusak pasca bencana hidrometeorologi di Desa Jambak, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, Aceh, Rabu (17/12/2025). [ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc]
Baca 10 detik
  • Bencana banjir dan longsor di beberapa provinsi diproyeksikan Bank Indonesia menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,017 persen.
  • Perkiraan dampak negatif tersebut berdasarkan asesmen sementara yang melihat potensi hilangnya aktivitas ekonomi selama kurang lebih 32 hari ke depan.
  • BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 berada di kisaran 4,7%–5,5%, didukung perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi.

Suara.com - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bencana banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi nasional.

Diperkirakan akan membuat ekonomi Indonesia tertekan 0,017 persen.

Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menjelaskan angka tersebut didapatkan dari asesmen sementara berdasarkan metode perhitungan yang melihat hilangnya aktivitas ekonomi selama 32 hari.

“Dampaknya terhadap perekonomian memang agak negatif. Tetapi, karena masih perhitungan sementara, dalam produk domestik bruto (PDB) setahun ini perkiraannya baru minus 0,017 persen,” jelas Aida dikutip dari Youtube BI, Senin (18/12/2025).

Kata dia, dampak bencana merupakan proses kompleks yang tidak hanya melibatkan dampak ekonomi, tetapi juga menghitung dampak sosial lainnya.

Namun, perhitungan dampak bencana bersifat kompleks karena tidak hanya mencakup dampak ekonomi semata, tetapi juga harus mempertimbangkan berbagai dampak sosial lainnya.

Untuk itu, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV akan lebih tinggi dibandingkan III 2025 yang tercatat sebesar 5,03%.

“Dalam kisarannya di tahun ini menjadi 4,7 persen sampai 5,5 persen dan di 2026 akan menuju 4,9 persen sampai 5,7 persen. Inflasi juga terjaga di 2025 sedikit di atas titik tengah target 2,5 plus minus 1 persen dan demikian juga di 2026,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik dan perlu terus didorong agar sesuai dengan kapasitas perekonomian.

Baca Juga: Kemensos Siapkan Jaminan Hidup Korban Bencana Sumatra Selama 3 Bulan

Konsumsi rumah tangga triwulan IV 2025 membaik didukung oleh belanja sosial Pemerintah, serta keyakinan rumah tangga terhadap kondisi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja yang terus meningkat. 

"Perkembangan ini mendorong meningkatnya penjualan eceran pada berbagai kelompok barang. Investasi, khususnya nonbangunan, membaik dipengaruhi oleh meningkatnya keyakinan pelaku usaha yang tecermin pada pola ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur," katanya.

Dia menambahkan, permintaan domestik tersebut perlu makin diperkuat sejalan dengan kinerja ekspor yang diprakirakan melambat seiring berakhirnya frontloading ekspor ke AS serta menurunnya ekspor besi baja ke Tiongkok dan minyak kelapa sawit (CPO) ke India.

Secara sektoral, Lapangan Usaha (LU) utama, yakni LU Industri Pengolahan, LU Perdagangan Besar dan Eceran, LU Transportasi dan Pergudangan, serta LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum menunjukkan kinerja positif. 

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2025 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7–5,5 persen dan meningkat menjadi 4,9–5,7 persen pada 2026. Ke depan, berbagai upaya perlu terus ditempuh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dengan tetap menjaga stabilitas. 

Dalam kaitan ini, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan melalui penguatan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang bersinergi erat dengan kebijakan stimulus skal dan sektor riil Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dan berdaya tahan. 

Load More