Suara.com - Perpaduan sawah yang berundak-undak, lembah, pesisir pantai, dan gunung merupakan panorama alam yang menambah daya tarik Bali, di samping keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakat secara turun-temurun.
Padahal, Bali adalah pulau dengan luas 5.632,86 kilometer persegi atau 0,29 persen dari luas Nusantara. Namun, memiliki kelengkapan unsur, mulai dari empat danau, sungai, gunung, hingga hutan.
Keanekaragaman seni budaya serta kegiatan ritual yang kukuh dalam hidup keseharian masyarakat Pulau Dewata mampu menjadikan wisatawan mancanegara berulang kali menghabiskan liburan ke Pulau Seribu Pura. Wisatawan tampaknya tidak pernah merasa bosan dan jenuh karena selalu akan menemukan suasana baru serta atraksi yang unik dan menarik untuk mereka nikmati.
Hal itu didukung lagi dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang memberlakukan bebas visa bagi 45 negara secara bertahap. "Namun, baru tiga negara, yakni Tiongkok, Korea, dan Jepang, yang berpengaruh signifikan untuk mendatangkan turis ke Bali," tutur pengamat pariwisata Dewa Nyoman Putra.
Turis dari ketiga negara itu yang berliburan ke Bali dalam kurun waktu Januari--Februari 2015 menunjukkan peningkatan signifikan. Bali selama dua bulan menerima kunjungan wisman sebanyak 640.739 orang, atau meningkat 15,44 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 555.052 orang.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar menjelaskan bahwa wisatawan Tiongkok mengalami peningkatan yang paling tinggi, yakni mencapai 33,71 persen dari 109.003 orang selama dua bulan pertama 2014 menjadi 145.747 orang di awal tahun 2015.
Wisatawan asal negara Tirai Bambu itu memberikan kontribusi sebesar 22,75 persen dari total turis yang berliburan ke Bali, atau berada pada posisi kedua setelah Australia yang memasok wisman sebanyak 156.395 orang.
Demikian pula, Jepang yang berada di peringkat ketiga--setelah Australia dan Tiongkok--memasok wisman sebanyak 40.544 orang selama dua bulan pertama 2015, meningkat 32,15 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 30.680 orang.
Sementara itu, Korea Selatan yang berada di posisi keempat mengalami peningkatan sebesar 17,42 persen dari 24.292 orang selama dua bulan pertama 2014, atau menjadi 28.523 orang pada periode yang sama tahun 2015.
Semua itu berpengaruh signifikan terhadap tingkat hunian hotel yang tersebar di kawasan wisata Pulau Dewata yang kebanyakan diisi turis asal Asia Pasifik, bahkan masyarakat asal negeri matahari terbit bertambah banyak.
Sasar Satu Juta Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyambut baik kebijakan pemerintah memberikan bebas visa kepada sejumlah negara. Daerah tujuan wisata ini menyasar kunjungan satu juta wisatawan Tiongkok pada tahun 2015.
Sasaran itu diharapkan dapat terealisasi mengingat selama tahun 2014 wisatawan Tiongkok yang berlibur ke Bali mencapai 560.000 orang. Wisatawan Tiongkok relatif cukup tinggi peluangnya berlibur ke Bali. Berdasarkan data, negara tersebut berada pada peringkat kedua dari sepuluh negara terbanyak memasok turis ke Bali.
"Dengan bebas visa, kita siap. Akan tetapi, jika ada kekurangan, harus kita perbaiki," ujar Pastika yang baru saja melakukan kunjungan balasan ke dua provinsi di Tiongkok, yakni Yunnan dan Hainan.
Gubernur Pastika mengingatkan beberapa hal yang harus diperbaiki dari kepariwisataan Bali, yakni dari sisi pengelolaan destinasi, pramuwisata, tempat-tempat tujuan, jalan, infrastruktur, sumber daya pariwisata, dan promosi pariwisata.
Untuk itu, para pemangku kepentingan pariwisata dan masyarakat hendaknya bisa melihat ke luar Bali terkait dengan hal-hal apa saja yang sudah dilakukan daerah lain dalam menata kepariwisataannya.
Tidak perlu jauh-jauh, kata dia, Banyuwangi, NTB, dan NTT sudah begitu tumbuh pariwisatanya. Bali jangan menganggap remeh mereka. Bali harus terus mengembangkan pariwisata karena selama ini memang hidup dari sektor tersebut.
"Industri yang paling menguntungkan itu adalah pariwisata karena duitnya jelas. Mereka bawa uang tunai. Orang yang bepergian juga biasanya mengeluarkan uang tidak terlalu banyak perhitungan," kata Gubernur Pastika.
Hubungan Kerja sama Hubungan kerja sama antara Tiongkok dan Indonesia, khususnya Bali, telah terjalin sejak abad XII. Sisa-sisa hubungan akrab itu bisa dijumpai hingga sekarang, antara lain dalam bentuk pementasan kesenian, tempat suci, maupun arsitektur bangunan yang bercirikan khas negeri Tirai Bambu itu.
Bahkan, penggunaan uang Tiongkok (pis bolong) dalam berbagai ritual keagamaan bagi umat Hindu di Pulau Dewata hingga kini masih berlaku. Akulturasi seni budaya negara itu dengan seni budaya Bali terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang dapat memperkukuh serta memperkuat kehidupan seni budaya Bali yang diwarisi secara turun-temurun.
Akulturasi seni budaya Tiongkok dengan seni budaya Bali menyangkut berbagai aspek kehidupan. Namun, sulit dibayangkan prosesnya karena sudah terjadi beberapa abad yang silam.
Akulturasi itu, antara lain menyangkut proses berkesenian dan berbudaya masyarakat yang dapat dibuktikan, antara lain dalam tari "Baris Cina" (Tiongkok), "Patra Cina", barong landung, dan penggunaan uang kepeng (pis bolong) perlengkapan berbagai ritual dan adat di Bali.
Peradaban bangsa Tiongkok sebelum masehi lebih tinggi daripada masyarakat Bali sehingga secara hipotesis, masyarakat yang peradabannya lebih rendah akan mengadaptasi ilmu pengetahuan maupun teknologi dari berperadaban lebih tinggi.
Untuk itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan citra pariwisata Pulau Dewata dapat lebih membaik dalam pandangan masyarakat Tiongkok, lebih-lebih telah dibukanya kantor konsulat Negeri Tirai Bambu itu di Pulau Bali.
Hal itu menjadi penekanan karena selama ini ada kasus yang membuat citra pariwisata Bali menjadi jelek di mata rakyat Tiongkok akibat ulah beberapa oknum agen travel di negeri itu yang menjual paket wisata ke Bali dengan harga relatif sangat murah, selanjutnya wisatawan tersebut dijual lagi kepada pelaku pariwisata di lapangan.
Akibat praktik pariwisata yang lazim disebut sebagai "jual-beli kepala" itu, membuat wisatawan Tiongkok yang berwisata ke Bali tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
"Saya berharap dengan dibukanya Konjen Tiongkok di Bali, kasus jual-beli kepala bisa kita selesaikan," harap Gubernur Mangku Pastika ketika menerima Konsul Jenderal Tiongkok untuk Denpasar Hu Yin Quan.
Berita Terkait
-
Wamendagri Ribka Haluk Sebutkan TPID Bali Miliki Peran Strategis Dalam Mendukung Program Nasional
-
Persib Bandung Didenda Rp115 Juta Karena Tiga Pelanggaran
-
Summer Sound Bali, Ruang Santai di Tengah Padatnya Rutinitas
-
Ombak Tinggi Rusak Jalur Pejalan Kaki di Kuta
-
Liburan ke Bali Bawa Mobil? Ini Daftar Harga Tiket Kapal Terbaru Jawa-Bali plus Tips Anti Ngantre
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Youth Economic Summit (2025) : Indonesia Diminta Hati-hati Kelola Utang
-
BRI Terus Berkomitmen Majukan UMKM Sebagai Pilar Ekonomi Nasional
-
Adakah Pinjaman Tanpa BI Checking? Jangan Mudah Tergiur, Cek Dulu Hal Penting Ini!
-
Youth Economic Summit 2025 : Indonesia Tangkap Peluang Pekerjaan Baru untuk Kurangi Penganggur
-
Youth Economic Summit 2025 Ungkap Strategi Prabowo Subianto Kurangi Kemiskinan di Indonesia
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Izin Sumur Rakyat Rampung Desember, Bahlil: Sekarang lagi Proses Verifikasi!
-
Youth Economic Summit 2025 'Paksa' Gen Z & Milenial Jadi Jantung Ekonomi Baru RI
-
Update Proyek DME, Bahlil: Pakai Teknologi China, AS hingga Eropa!
-
Bahlil Lahadalia Ungkap Alasan DMO Batubara Naik di Balik Kebijakan Baru ESDM