Suara.com - Sejumlah pemilik rumah makan mengaku terpaksa menaikan harga jual sebagai dampak kenaikan harga kebutuhan bahan pokok yang tidak terkendali sepekan menjelang Ramadan.
Padmi salah seorang pemilik rumah makan di kawasan, Tanjung Duren, Jakarta Barat, terpaksa menaikkan harga jual makanannya sekitar Rp1.000 sampai Rp2.000 per porsi.
Dia mengaku tidak berani menaikkan harga terlalu tinggi karena takut pelanggannya tidak lagi makan di warungnya tersebut.
“Kita sudah seminggu naikan harga, soalnya harga bahan pokok kayak telur, ayam,daging, cabai dan bawang yang menjadi bahan utama kita untuk membuat makanan ini mulai tidak terkendali. Tapi nggak berani tinggi-tinggi naiknya, nanti pada kabur semua,” jelasnya saat ditemui suara.com, Jumat (12/6/2015).
Hal senada juga diungkapkan pengusaha rumah makan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ismail.
Menurutnya, kenaikan harga makanan tersebut terjadi lantaran dalam tiga pekan terakhir menjelang puasa harga bahan pokok terus merangkak naik.
“Tapi, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kalau harga kebutuhan naik terus dalam seminggu, maka tak akan lagi mengalami penurunan. Makanya mau tidak mau kita menaikkan harga makanan kita," jelasnya.
Dia mengaku membeli ayam di tukang sayur yang sudah mencapai Rp50 ribu perekor. Hal inilah yang membuat Ismail terpaksa menaikkan harga jual makanannya, agar omzet penjualan rumah makanannya tidak mengalami penurunan drastis.
“Itu mbak, kalau kita beli ayam di tukang sayur saja harganya sudah sampai Rp50 ribu/ekor. Coba kalau begini mba, pusingnya bukan main kita saat ini. Serba salah sebenarnya, kalau nggak naik kita rugi, kalau naik pelanggan kabur,” tegasnya.
Meski demikian, tidak semua pengusaha rumah makan menaikkan harga jual makanannya. Masih ada pengusaha rumah makan yang tidak menaikkan harga.
Ilham misalnya, pengusaha Warung Tegal (Warteg) di Kemanggisan, Jakarta Barat, mengaku belum menaikkan harga lantaran takut pengunjung menurun.
“Kami belum berani mba menaikan harga, nanti takut pelanggannya pada kabur, kami bisa gulung tikar nanti,” jelasnya.
Dia mengakui, dengan tidak dinaikkan harga makanan di sana, saat ini omzet penjualan rumah makan tersebut menurun hingga 15 persen akibat biaya untuk membeli bahan baku semakin tinggi.
“Kami masih nunggu dulu, kalau memang nggak turun-turun mau nggak mau kita naikkan harganya,” ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
Bansos PKH Oktober 2025 Kapan Cair? Ini Kepastian Jadwal, Besaran Dana dan Cara Cek Status
-
Profil PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), Ini Sosok Pemiliknya
-
BRI Ajak Warga Surabaya Temukan Hunian & Kendaraan Impian di Consumer BRI Expo 2025
-
TikTok Dibekukan Komdigi Usai Tolak Serahkan Data Konten Live Streaming Demo
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya