Bank Indonesia (BI) telah dan akan terus berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah, menyusul perkembangan nilai tukar mata uang Indonesia itu akhir-akhir ini. Gubernur BI Agus DW Martowardojo, mengatakan pelemahan rupiah akhir-akhir ini telah terlalu dalam (overshoot) sehingga berada jauh di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).
"Bank Indonesia akan mengoptimalkan bauran kebijakan dan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas lainnya," kata Agus di Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara meyakini pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir hanya bersifat sementara.
"Kami melihat bahwa saat ini rupiah undervalued dan dari dalam negeri sendiri saat ini kami memandang rupiah sudah cukup kompetitif terhadap ekspor manufaktur dan mampu mendorong turis masuk ke Indonesia," kata Mirza.
Mirza juga menilai perkembangan rupiah juga dipengaruhi oleh pembayaran utang dan dividen khususnya di triwulan III/2015. Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah pada Rabu pagi mencapai Rp13.758 per dolar, melemah dibandingkan hari sebelumnya Rp13.541 per dolar AS.
Sementara dalam transaksi antarbank di Jakarta, rupiah melemah 140 poin menjadi Rp13.747 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.607 per dolar. Perkembangan rupiah dalam beberapa terakhir ini terutama disebabkan oleh perkembangan global. Pasar masih bereaksi terhadap keputusan pemerintah Cina yang mendevaluasi yuan.
Langkah tersebut dilakukan Beijing untuk mempertahankan kinerja ekspornya, yang menurun drastis sebesar 8,3 persen secara tahunan (yoy) pada Juli 2015, atau merupakan penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir.
Cina kembali memangkas nilai yuan terhadap dolar AS sebesar 1,62 persen pada Rabu (12/8) yang merupakan penurunan kedua dalam dua hari terakhir, kata kantor berita resmi Xinhua melaporkan.
Pengaturan harian yang menetapkan nilai mata uang Tiongkok terhadap greenback diturunkan menjadi 6,3306 yuan, dari 6,2298 pada Selasa (11/8/2015), tulis Xinhua mengutip data pasar valuta asing nasional.
Tingkat paritas tengah nilai tukar mata uang Cina renminbi atau yuan, melemah 1,008 basis poin menjadi 6,3306 terhadap dolar AS pada Rabu, menurut Sistem Perdagangan Valuta Asing Cina. Di pasar spot valuta asing di Cina, yuan diperbolehkan untuk naik atau turun sebesar dua persen dari tingkat paritas tengahnya setiap hari perdagangan.
Bank sentral Cina, People's Bank of China (PBoC), meningkatkan sistem pembentukan nilai tukar pada 11 Agustus agar lebih mencerminkan pengembangan pasar dalam nilai tukar yuan terhadap dolar AS.
Dampak depresiasi secara global, menurut BI, depresiasi yuan tersebut memberi dampak pada negara-negara mitra dagang Tiongkok yang ekspornya mengandalkan sumber daya alam, termasuk Indonesia. Kebijakan depresiasi seperti ini pernah dilakukan pemerintah Cina pada 1994, yang juga berdampak pada perekonomian global saat itu.
Sementara itu, perkembangan data terkini di AS seperti data ISM non manufacturing index, data tenaga kerja, menunjukkan tanda-tanda membaik sehingga menimbulkan ekspektasi dari pelaku pasar bahwa kenaikan suku bunga kebijakan AS (Fed Fund Rate) akan dilakukan lebih cepat.
Saat ini hampir seluruh mata uang global mengalami depresiasi. Mata uang ringgit Malaysia pada Januari hingga minggu pertama Agustus 2015 (ytd) melemah 13,3 persen, won Korea 7,9 persen , baht Thailand 7,4 persen, yen Jepang 4,8 persen, euro 8,9 persen, real Brasil 29,4 persen, dan dolar Australia melemah 10,6 persen.
Rupiah dari Januari hingga minggu pertama Agustus 2015 melemah sebesar 9,8 persen.
Sementara Rabu pagi, IHSG juga dibuka melemah 50,54 poin atau 1,09 persen menjadi 4.572,04. Sementara pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, IHSG terkoreksi 122,90 poin (2,66 persen) ke level 4.499,685. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Pakar Pangan Menilai Harga Gabah di Masa Pemerintahan Prabowo Menyenangkan
-
Hadirkan Musik Kelas Dunia Melalui Konser Babyface dengan Penawaran Eksklusif BRImo Diskon 25%
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang