Suara.com - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan pelonggaran kebijakan moneter yang akan dilakukan bank sentral, belum tentu terkait dengan kebijakan penurunan suku bunga acuan (BI Rate).
"Kebijakan moneter itu tidak harus dilihat hanya suku bunga, bisa saja instrumen lain dari kebijakan moneter," kata Mirza di Surabaya, Jumat (30/10/2015).
Mirza tidak menyebutkan instrumen lain dari kebijakan moneter selain penyesuaian suku bunga acuan. Namun ia memastikan adanya ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter melihat laju inflasi serta kinerja defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun.
"Ruang pelonggaran moneter karena dua faktor utama. Satu, inflasi kita kita bisa di bawah empat persen tahun ini. Kedua, CAD atau defisit transaksi berjalan kita itu terkendali di bawah 2,5 persen dan bisa di 2,1 persen," ujarnya.
Terkait penurunan cadangan devisa, Mirza mengatakan hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kondisi itu juga terjadi di berbagai negara berkembang lainnya sebagai antisipasi terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.
"Memang kita harus mengatasi gejolak di negara berkembang terkait dengan penguatan suku bunga Amerika. Tapi cadangan devisa kita masih di atas 6,5 bulan impor dan juga untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jadi tidak harus khawatir," ujarnya.
Sebelumnya, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen untuk kesembilan kalinya secara berturut-turut setelah sempat diturunkan 25 basis poin pada Februari 2015.
Bank sentral juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik terutama didorong oleh meningkatnya belanja modal pemerintah, walaupun aktivitas perekonomian di sektor swasta masih berjalan relatif lambat.
Dengan situasi tersebut, Bank Indonesia menilai bahwa tekanan terhadap stabilitas makro mulai mereda sehingga ke depan terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.
Namun, mengingat masih tingginya risiko ketidakpastian global, maka otoritas moneter akan tetap berhati-hati dan mencermati risiko global di tengah perkembangan pasar keuangan global yang lebih kondusif.
Sejalan dengan hal tersebut, fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek tetap diarahkan pada langkah-langkah stabilisasi nilai tukar, memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, serta memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing. (ANTARA)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Hana Bank Optimistis Laba Tumbuh di atas 15 Persen Tahun Ini
-
BCA Syariah Wujudkan Harmoni Digitalisasi dengan Nilai Luhur Spiritual
-
Mayoritas Terus Merugi, Belasan BUMN Asuransi Akan Dipangkas dan Disisakan 3 Saja
-
Hana Bank Mulai Serius Garap UMKM
-
Perlindungan Dana Nasabah di Rekening Dormant
-
Janji Pangkas Waktu Pembayaran Kompensasi ke BUMN, Purbaya: Jangan Rugi Terus!
-
Purbaya Sidak Bank Himbara Secara Acak, Ini 2 Hal yang Dicari
-
DPR Cecar Menkeu Purbaya, Diminta Jangan Cepat Percaya Laporan Anak Buah
-
Diisukan Renggang dengan Deddy Corbuzier, Sabrina Chairunnisa Punya Deretan Bisnis Sukses
-
Nilai Tukar Rupiah Menguat pada Penutupan Perdagangan Selasa