Suara.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa jika internasionalisasi yuan segera terwujud maka akan berdampak positif bagi dunia usaha, khususnya kalangan eksportir.
"Bagi Indonesia, ini merupakan kabar yang harus disambut baik karena keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) itu berdampak positif bagi kinerja perdagangan Indonesia, khususnya dengan Tiongkok," kata Kepala Perwakilan BI Jatim Benny Siswanto ketika dikonfirmasi di Surabaya, Minggu (13/12/2015).
Ia mengatakan, Indonesia memiliki volume perdagangan yang besar dengan Tiongkok dengan nilai impor Indonesia dari Tiongkok mencapai Rp30 miliar dolar AS, sedangkan ekspor ke Tiongkok Rp14-15 miliar dolar AS.
"Nantinya ekspor dan impor juga bisa menggunakan mata uang yuan dan rupiah semakin dapat diwujudkan. Untuk Indonesia tentu lebih baik," ujarnya.
Internasionalisasi yuan, lanjutnya juga akan mendorong kinerja eskpor dari Indonesia karena akan meningkatnya permintaan dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Selama ini impor barang modal sebesar 13,16 persen, konsumsi 10,73 persen, dan bahan baku 76,11 persen. Karena itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim gencar memperkuat sektor industri, terutama untuk membawa bahan baku dari provinsi lain sebagai subtitusi bahan baku dan penolong.
"Selain memperbaiki kinerja perdagangan, peningkatan penggunaan yuan dalam transaksi finansial Indonesia juga akan mengurangi kerentanan gejolak yang ditimbulkan oleh menguatnya dolar AS," jelasnya.
Dengan ketentuan Dewan eksekutif IMF yang menyetujui mata uang Tiongkok, yuan atau renminbi (RMB, tambahnya yang masuk ke dalam keranjang Special Drawing Rights (SDR) sebagai mata uang cadangan internasional, maka semuanya akan berubah.
"Semuanya akan berubah, kebiasaan pengusaha juga akan beralih. Selama ini dalam bertransaksi, pengusaha Indonesia dan Tiongkok belum menggunakan yuan, namun mitra dagang dari Tiongkok, lebih memilih menggunakan dolar AS," terangnya.
Menurut dia, dengan masuknya yuan ke dalam jajaran mata uang global, negara-negara di dunia memiliki banyak pilihan mata uang yang bisa digunakan untuk bertransaksi ataupun investasi.
"Secara umum, kita sambut baik masuknya yuan ke dalam SDR, apalagi selama ini kita juga sudah memasukkan yuan ke dalam cadangan devisa," tuturnya.
Namun, Indonesia juga perlu mempertimbangkan bagaimana kebijakan Tiongkok terhadap nilai mata uangnya di waktu yang akan datang.
"Selain itu yang harus difikirkan juga adalah dampak dari kondisi fundamental ekonomi dan pasar finansial Tiongkok juga harus menjadi tinjauan dalam internasionalisasi yuan," tandasnya. (Antara)
Berita Terkait
-
4 Fakta Dim Sum Bonds (SUN Yuan) Indonesia Senilai Rp13,2 Triliun
-
Dolar AS Dicueki! Transaksi Rupiah RI -Yuan China Tembus Rp 35 T, Bisa Pakai QRIS
-
Sinopsis The Emperors Love, Drama China Terbaru Wallace Chung dan Yuan Bingyan
-
Sinopsis Light the Dark, Drama China Dibintangi Jiang Xin dan Chen Zhe Yuan
-
Sinopsis 2099, Drama China yang Dibintangi Li Xi Rui dan Sun Ze Yuan
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
Terkini
-
Laba Bank SMBC Indonesia Anjlok Jadi Rp1,74 Triliun
-
Produsen Indomie Kantongi Penjualan Rp90 Triliun
-
OJK Bongkar Maraknya Penipuan Digital, Banyak Pelaku Masih Berusia Muda
-
Bank Mega Syariah Catat Dana Kelolaan Wealth Management Tembus Rp 125 Miliar
-
Pertamina Tindak Lanjuti Keluhan Konsumen, Lemigas Beberkan Hasil Uji Pertalite di Jawa Timur
-
Naik Tips, OCBC Nisp Catat Laba Rp3,82 Triliun
-
Tarif Listrik Non-Subsidi dan Bersubsidi Dipastikan Tak Naik Sepanjang November 2025
-
Dihadang Biaya Tinggi & Brand Global, Bisnis Waralaba Hadapi Tantangan
-
Indonesia Nego Habis-habisan dengan AS! Target Tarif 0 Persen untuk Sawit, Kakao, Hingga Karet
-
Fluktuasi Ekonomi! CBDK Revisi Target Pra-Penjualan 2025 Jadi Rp508 Miliar