Suara.com - Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang mengatakan pemerintah harus bisa membangun industri peternakan sapi berskala besar. Kalau hanya mengadalkan peternakan sapi tradisional, harapan Indonesia bisa menjadi negara swasembada daging sapi hanya akan jadi mimpi sampai kapanpun.
"Kalau mengandalkan peternak tradisional ya susah. Karena belum tentu masyarakat pedesaan yang beternak sapi itu semuanya mau menjual sapinya. Sebab hidup mereka memang tidak tergantung dari situ," kata Sarman di Jakarta, Rabu (24/2/2016).
Sarman mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai akhir 2015, terdapat 14 juta ekor sapi. Sementara tingkat kelahiran anak sapi hanya 20 persen dari jumlah tersebut. Sementara konsumsi sapi untuk tahun ini saja 3,9 juta ekor. "Kalau cuma andalkan peternakan tradisional, dalam waktu lebih dari 5 tahun, maka populasi sapi akan menjadi langka karena yang dipotong jauh lebih banyak dibanding sapi baru yang lahir," ujar Sarman.
Oleh sebab itu ia mendesak pemerintah segera membuka keran investasi untuk sektor industri peternakan sapi. Jika perlu, pemerintah menetapkan pulau-pulau khusus di antara puluhan ribu pulau di Indonesia yang tak berpenghuni untuk dijadikan lokasi peternakan sapi bagi perusahaan tertentu. "Ditambah dengan insentif lain seperti pajak yang murah dan sebagainya. Maka akan banyak investor asing dari dalam maupun luar negeri. Sebab Indonesia butuh 40-50 juta ekor sapi dalam negeri kalau memang mau total stop impor dagung sapi," jelas Sarman.
Jika populasi sapi dalam negeri melimpah, maka pasokan daging sapi dalam negeri juga akan membajiri pasar. "Sehingga gejolak harga daging sapi seperti saat ini tidak akan terjadi lagi," tutup Sarman.
Sebagaimana diketahui, tingginya harga daging sapi di pasar sempat menimbulkan kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia memerintahkan Polri untuk menindak mafia yang "mempermainkan" harga pangan di pasaran, yang membuat masyarakat dibebani dengan mahalnya harga.
Jokowi membandingkan harga daging di dua negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, yang jauh lebih murah dari Indonesia. Di Indonesia, harga daging potong di pasaran bahkan mencapai Rp120 ribu, sementara harga sapi dari peternak masih normal.
"Saya berikan gambaran harga daging. Misal di Malaysia, Singapura, (itu) hanya Rp50-60 ribu per kilogram. Kenapa di sini sampai seperti itu (mencapai Rp120 ribu)? Sedangkan harga sapi di lapangan (peternak) juga normal-normal saja. Artinya, ada sesuatu. (Pemain) Yang lain sudah bisa ditangkap," tandasnya.
Berita Terkait
-
Harga Jengkol Meroket Tembus Rp100 Ribu, Resmi Saingi Harga Daging Sapi!
-
Harga Daging Sapi di Bawah HAP, Pasokan Terjamin Jelang Lebaran 2025
-
Kumis Tipis Vitalia Shesya Curi Perhatian: Kini Rajin Nge-Gym Bikin Pangling
-
Jelang Ramadhan, Harga Daging Sapi Melambung Tinggi
-
Harga Bakso Bakal Makin Mahal, Ketua Gapmmi Ungkap Alasannya
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok