Suara.com - Ketua Pusat Kajian Ekonomi Politik Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng menyatakan ada beberapa fakta tentang Migas dan bagaimana peran pemerintah dalam mengatur Migas di negeri ini. "Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor Migas relatif rendah terhadap deflasi (penurunan harga harga), dari deflasi misalnya sebesar 0,09 persen. Deflasi sebagian besar disebabkan andil tarif listrik yakni 0,14 persen, andil harga bawang merah 0,08 persen, harga daging ayam ras 0,05 persen, andil harga BBM bensin 0,04 persen, andil harga telur ayam ras dan andil cabai rawit 0,03 persen, dan lainnya," kata Salamuddin Daeng dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/3/2016).
Sehingga, dia merekomendasikan kepada pemerintah untuk utamanya agar menurunkan tarif dasar listrik (TDL) sejalan dengan menurunnya harga minyak dunia.
"Namun sebaliknya kenaikan harga minyak atau naiknya harga jual BBM akan memberi sumbangan relative besar terhadap kenaikan harga-harga atau inflasi. Sebagai contoh, indeks harga konsumen meningkat dari 6,79 persen pada April 2015 menjadi 7,15 persen pada Mei 2015 dikarenakan pemerintah menaikkan harga BBM," ungkapnya.
Ia menyarankan, kepada pemerintah dalam menjaga stabilitas harga BBM dapat dilakukan dengan dua cara yakni, memberikan subsidi melalui APBN, dan membentuk dana stabilitasi yang dikelola oleh badan usaha yang bergerak di sektor energi.
Selain itu, menurut dia, konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) yang angkanya mencapai 55,92 persen tahun 2015, yakni sebagian besar oleh konsumsi bahan pangan atau makanan. Sehingga pemerintah harusnya fokus dalam memperbaiki struktur harga pangan.
Demikian pula sumbangan terhadap ekspor Migas pada Januari 2016 mencapai 1,11 miliar dolar AS atau turun 14,81 persen dibanding bulan sebelumnya atau hanya menyumbangkan 10,54 persen terhadap total ekspor. Sedangkan ekspor non Migas mencapai 89,46 persen pada Januari 2016.
"Atas dasar itu, saya merekomendasikan agar Migas difokuskan kepada ekonomi nasional, kecukupan energi dalam negeri bagi industri, trasportasi dan rumah tangga. Indonesia tidak perlu memburu pasar ekspor, mengingat Migas menyangkut hajat hidup orang banyak," ujarnya. Sementara itu, impor Migas Januari 2016 sebesar 1,22 miliar dolar AS atau turun 32,10 persen dibanding Desember 2015, yakni 1,80 miliar dolar AS. Selama Januari-Desember 2015 impor migas mencapai 24,61 miliar dolar AS atau turun 43,37 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 43,46 miliar dolar AS, kata Salamuddin.
"Sehingga sebaiknya agar pemerintah membuat kebijakan untuk memperkuat industri Migas dalam negeri dengan dukungan penuh pemerintah, memperkuat BUMN Migas dan integrasi diantara BUMN Migas," katanya. (Antara)
Berita Terkait
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Eksplorasi 'Ladang Hijau' Irak Dibuka: Kesempatan Emas bagi Pertamina di Sektor Hulu Migas
-
Pertamina Kelola Sumur 'Veteran' Demi Jaga Ketahanan Energi
-
Update Harga BBM Terbaru: Pertamina, Shell, Vivo, dan BP per Desember 2025
-
Perjanjian Dagang Terancam Batal, ESDM Tetap Akan Impor Migas AS
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Grab Tawarkan Jaminan Tepat Waktu Kejar Pesawat dan Kompensasi Jutaan Rupiah
-
Kuota Mudik Gratis Nataru Masih Banyak, Cek Syarat dan Rutenya di Sini
-
Asuransi Simas Jiwa Terapkan ESG Lewat Rehabilitasi Mangrove
-
Baru Terjual 54 Persen, Kuota Diskon Tarif Kereta Api Nataru Masih Tersedia Banyak
-
Kemnaker Waspadai Regulasi Ketat IHT, Risiko PHK Intai Jutaan Pekerja Padat Karya
-
Tahapan Pengajuan KPR 2026, Kapan Sertifikat Rumah Diserahkan?
-
Harga Emas Antam Naik Konsisten Selama Sepekan, Level Dekati 2,5 Jutaan
-
Inilah PT Tambang Mas Sangihe yang Ditolak Helmud Hontong Sebelum Meninggal Dunia
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM