Suara.com - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan data ekonomi AS yang positif dan penguatan dolar AS.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 7,9 dolar AS, atau 0,58 persen, menjadi menetap di 1.364,7 dolar AS per ounce.
Logam mulia berada di bawah tekanan karena laporan ketenagakerjaan yang dirilis oleh Automated Data Processing (ADP), yang berbasis di AS, menunjukkan bahwa angka penggajian sektor swasta lebih tinggi dari yang diperkirakan pada 179.000.
Data yang lebih baik dari perkiraan itu menempatkan tekanan pada logam mulia, karena para investor mengembangkan pandangan yang lebih optimis untuk ekonomi AS.
Emas berada dalam tekanan lebih lanjut ketika dolar AS menguat. Indeks dolar AS naik 0,33 menjadi 95,42 persen pada pukul 17.00 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Logam mulia juga terus tertekan karena Dow Jones Industrial Average AS naik 30 poin, atau 0,16 persen pada pukul 17.00 GMT. Analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman. Demikian sebaliknya, ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka emas biasanya turun.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Juli mengumumkan bahwa bank sentral AS membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga selama 2016, tetapi mengingat angka PDB kuartal kedua lebih lemah dari perkiraan, para pedagang yakin itu tidak mungkin.
Risalah pertemuan Fed sebelumnya menyebabkan para pedagang percaya bahwa Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,50 persen ke 0,75 persen selama pertemuan FOMC Desember.
Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga dari 0,50 persen ke 0,75 persen adalah pada 18 persen pada pertemuan September 2016, 21 persen pada pertemuan November 2016, dan 44 persen pada pertemuan Desember.
Perak untuk pengiriman September turun 23 sen, atau 1,11 persen, menjadi ditutup pada 20,471 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 2,5 dolar AS, atau 0,21 persen, menjadi ditutup pada 1.169,6 dolar AS per ounce. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
IHSG Tetap Perkasa di Tengah Anjloknya Rupiah, Ini Pendorongnya
-
Sidak Bank Mandiri, Menkeu Purbaya Mengaku Dimintai Uang Lagi untuk Kredit Properti dan Otomotif
-
Ini Dampak Langsung Kebijakan Menkeu Purbaya Tak Naikkan Cukai Hasil Tembakau
-
Bank Indonesia Dikabarkan Jual Cadangan Emas Batangan 11 Ton, Buat Apa?
-
Rupiah Ditutup Ambruk Hari Ini Terhadap Dolar
-
Pertamina Klaim Vivo dan BP Siap Lanjutkan Pembicaraan Impor BBM
-
Singgung Situasi Global, SBY: Uang Lebih Banyak Digunakan untuk Kekuatan Militer, Bukan Lingkungan
-
11 Perusahaan Antre IPO, BEI: Yang Terpenting Kualitas!
-
Kementerian ESDM Sebut Pertamax Green 95 Gunakan Etanol!
-
Purbaya Kukuh soal Peringatan Luhut, Tetap Potong Anggaran MBG Jika Tak Terserap