Prospek industri plastik dan karet hilir di Indonesia cukup potensial untuk dikembangkan karena merupakan sektor vital dengan ruang lingkup hulu, antara, hingga hilir yang dibutuhkan banyak industri lain dan memiliki variasi produk beragam.
”Potensi pengembangan industri ini terlihat dari konsumsi yang tinggi dan aplikasi yang luas untuk sektor industri lain seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetik, elektronik, otomotif, serta sektor lainnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Pembukaan Pameran Produk IndustriPlastik dan Karet Hilir di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (20/9/2016).
Oleh karena itu, Kemenperin fokus melakukan pengembangan industri plastik dan karet hilir sebagai sektor prioritas pada tahun 2015-2019 berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). ”Kami terus berupaya meningkatkan daya saing industri ini melalui berbagai kebijakan strategis, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan perdagangan bebas dunia,” tutur Airlangga.
Menperin mengungkapkan, jumlah industri plastik hingga saat ini mencapai 925 perusahaan dengan memproduksi berbagai macam produk plastik yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 37.327 orang dan memiliki total produksi sebesar 4,68 juta ton.
“Permintaan produk plastik nasional mencapai 4,6 juta ton dan meningkat sebesar lima persen dalam lima tahun terakhir,” ujarnya. Dalam kondisi tersebut, untuk memacu pengembangan industri plastik dalam negeri, Kementerian Perindustrian terus berupaya mengurangi ketergantungan bahan baku impor serta mendorong peningkatan kualitas, kuantitas maupun spesifikasi produk yang dihasilkan.
“Dalam menghadapi kendala pemenuhan bahan baku dan persaingan menghadapi MEA, salah satu langkahnya adalah pemberian fasilitasi melalui bea masuk ditanggung pemerintah(BMDTP),” kata Airlangga.
Dukungan lain dari Kemenperin, yakni melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), fasilitasi promosi dan investasi, penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), tata niaga impor, penguatan research and development (R&D) serta kebijakan lain yang mendukung peningkatan daya saing.
“Kami juga mendorong agar pelaku industri plastik nasional mampu bersinergi dan terintegrasi melalui kerjasama antar stakeholders sehingga produk plastik dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu bersaing di pasar internasional,” paparnya.
Sementara itu, Airlangga menyampaikan, peluang besar untuk pengembangan industri karet hilir di dalam negeri karena Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksimelebihi 3 juta ton per tahun.
“Apalagi, produksi karet alam nasional masih dapat ditingkatkan mengingat potensi lahan yang ada mencapai 3,5 juta hektar serta didukung oleh program-program penelitian dan pengembangan yang dilakukan baik oleh Pemerintah, institusi pendidikan maupun pihak swasta,” tuturnya.
Namun demikian, konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang bernilai tambah tinggi hanya sekitar 20 persen dari total produksi nasional. “Tingkat konsumsi domestik ini masih jauh dibawah Malaysia, China dan India yang menyerap lebih dari 40 persen hasil produksinya,” ungkap Airlangga.
Mengenai hal tersebut, kata Menperin, Pemerintah telah memandang bahwa langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu segera dilakukan sehingga meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional.
Terlebih lagi, lanjutnya, dengan adanya kebijakan Pemerintah dalam pembangunan tol laut dinilai menjadi peluang besar bagi industri karet untuk menunjang kebutuhan pembangunan pelabuhan seperti rubber dock fender,rubber floating fender, dan rubber bumper. “Pemerintah akan membangun 24 pelabuhan, diantaranyadeep sea port(pelabuhan laut dalam) Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makasar dan Sorong,dimana empat pelabuhan diantaranya sudah berjalan,” kata Airlangga.
Peningkatan konsumsi karet
Pada kesempatan yang sama, Direktur Industri Kimia Hilir Kemenperin Teddy C Sianturi mengatakan, upaya peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu didukung dengan kemampuan industri nasional dalam menyerap karet alam. “Konsumsi karet alam yang saat ini sebesar 580 ribu ton per tahun masih berpotensi untuk ditingkatkan,” ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
Terkini
-
Menkeu Baru Diingatkan Buat Kebijakan Realistis, INDEF: Belanja Negara Perlu Ditata Ulang
-
IHSG Berbalik Rebound di Sesi I, Apa Pemicunya?
-
Thaksin Shinawatra Dipenjara Karena Korupsi, Danantara Angkat Bicara Soal Perannya
-
UMKM Kombucha Beromzet Nasional Lahir dari BRILiaN, Inisiatif Hebat BRI untuk Pengusaha Muda
-
PM Qatar Sebut Netanyahu Orang Narsis Tanpa Moral Usai Israel Serang Doha
-
Investasi Aman di BRI: Beli Sukuk Ritel Dapat Cashback Hingga Rp17 Juta
-
Promo Attack Chicken KFC Cuma Rp10.909 Tiap Rabu di Bulan September!
-
Adu Cepat! 5 Link DANA Kaget Pagi Ini Diserbu, Saldo Ratusan Ribu Langsung Cair
-
Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
-
Biar Nggak Dibobol Maling, Brad Pitt Pilih Beli Rumah Senilai Rp 198 Miliar