PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) sedang mengajukan izin ke regulator di Indonesia dan Malaysia untuk dapat membangun jaringan kantor di Negeri Jiran tersebut yang diharapkan dapat terealisasi pada semester I 2017.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni di Jakarta pada Kamis (13/10/2016), mengatakan sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meneken perjanjian bilateral asas resiprokal dengan Bank Negara Malaysia pada Agustus 2016, perseroan sudah mulai melengkapi syarat-syarat agar dapat ekspansi ke Malaysia.
"Kira-kira semester I 2017, kita sudah bisa dirikan jaringan," kata Baiquni.
Setelah melakukan penjajakan, Baiquni mengatakan pihaknya ingin membidik bisnis remitansi atau layanan pengiriman uang bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Selain itu, BNI juga ingin mengeruk pendapatan dari pembiayaan perdagangan (trade finance) di Malaysia.
Remitansi, kata dia, akan menjadi awal untuk memulai bisnis digital perbankan di Malaysia. Nantinya, kata dia, kegiatan bisnis perbankan BNI di Negeri Jiran akan mengandalkan sarana digital.
"Kita ingin kembangkan 'digital loan' juga di sana," kata dia.
Terkait modal yang disiapkan untuk ekspansi ke Malaysia, Baiquni masih enggan menjelaskan secara rinci.
"Kita ikuti saja kesepakatan yang sudah dijalin OJK dan Malaysia. Modalnya sesuai syarat dari mereka," ujar dia.
Indonesia dan Malaysia pada 1 Agustus 2016 menandatangani kerja sama bilateral dalam kerangka Integrasi Perbankan ASEAN (ABIF).
Dalam kerja sama yang menekankan asas resiprokal tersebut, perbankan Indonesia mendapat penurunan tarif untuk mendirikan jaringan kantor di Malaysia. Misalnya, biaya "admission fee" dan biaya untuk menyelenggarakan sistem pembayaran.
Deputi Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) RI, Mulya Siregar saat menjelaskan terkait perjanjian tersebut, mengatakan tarif administrasi (admission fee) untuk perbankan Indonesia turun dari 10,4 juta ringgit menjadi 5,2 juta ringgit Malaysia.
"Kemudian, biaya dalam sistem pembayaran seperti untuk anjungan tunai mandiri (ATM) turun dari 4 ringgit per transaksi menjadi 1-2 ringgit per transaksi," kata Mulya saat itu. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Survei BI: Harga Properti Stagnan, Penjualan Rumah Kelas Menengah Turun
-
Bank Mandiri Wujudkan Komitmen Sosial Bagi 60.000 Warga Indonesia: 27 Tahun Sinergi Majukan Negeri
-
Sejarah Baru Hilirisasi Industri Petrokimia
-
Rupiah Menguat, Didukung Ekonomi Tumbuh 5,04% dan Sentimen Positif Pasar Global
-
OJK Beri Syarat jika Himbara Mau Naikkan Bunga Deposito Valas
-
BPKN Ungkap Hasil Investigasi Sumber Air Aqua, Begini Hasilnya
-
Rebalancing Indeks MSCI Bawa IHSG Terbang ke Level 8.300 Pagi Ini
-
Vietjet Laporkan Borong 100 Airbus A321neo dan Mesin Rolls-Royce US$3,8 Miliar
-
Harga Emas Antam Tiba-tiba Naik Jadi Rp 2.287.000 per Gram, Meski Emas Dunia Turun
-
Kadin Bakal Kawal Target Ambisius Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Prabowo