Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan dalam ekonomi makro, sebetulnya terdapat empat pilar. Pertama, konsumsi masyarakat. Kedua, investasi. Ketiga, pengeluaran pemerintah. Keempat, perdagangan internasional, ekspor dan impornya.
"Bila ekspor-impornya bermasalah, maka sebenarnya tinggal tiga yang lain yang bisa diandalkan," kata Darmin dalam keterangan resmi, Selasa (25/10/2016).
Negara-negara besar, secara teoritis bisa memanfaatkan konsumsi dalam negerinya. Demikian juga Indonesia, relatif bisa memanfaatkan. "Sampai hari ini, pengeluaran konsumsi, walaupun ada sedikit naik, sedikit turun, tetapi dia tetap merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi kita. Bahkan mungkin yang paling utama," ujar mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut.
Kemudian, investasi dan pengeluaran pemerintah juga tersentuh oleh persoalan perlambatan ekonomi. Praktis kondisi ekonomi Indonesia hanya tinggal punya konsumsi dan yang kedua adalah tetap berusaha menarik investasi.
Pria yang juga pernah menjadi Komisaris Utama Bank Mandiri tersebut menjelaskan bahwa untuk menjawab situasi seperti ini, mau tak mau membangun infrastruktur. Darmin mengatakan bahwa dari sekian tahun yang lalu, Indonesia sangat ketinggalan dan terlambat di dalam pembangunan infrastruktur. Persoalan fundamental ini sudah banyak muncul di banyak media massa. " Tetapi, saya kira perlu digarisbawahi, pemerintahan Jokowi-JK lah yang kemudian mengambil langkah-langkah, yang bukan hanya taktis, tapi fundamental dalam situasi ekonomi dunia yang melambat tadi," jelas Darmin.
Keputusan Presiden Joko Widodo mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir 2014. Di mana kemudian pengeluaran subsidi dialihkan penggunaanya dari konsumtif menjadi produktif. "Itu dia sebenarnya awal dari titik tolak ini. Di mana kemudian pengeluaran didorong ke arah pembangunan infrastruktur," ucap Darmin.
Selain itu, kebijakan fiskal nasional didorong untuk memperkuat pendidikan kesehatan. "Saya kira tiga itu, tujuan utama reformasi fiskal kita. Jadi, jangan lupa bahwa walau APBN menghadapi kendala juga dengan perlambatan ekonomi dunia ini, tetapi kita justru mulai dengan reformasi di bidang-bidang itu," tutup Darmin.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
INET Umumkan Rights Issue Jumbo Rp1,78 Triliun, Untuk Apa Saja Dananya?
-
Tukad Badung Bebas Sampah: BRI Gandeng Milenial Wujudkan Sungai Bersih Demi Masa Depan
-
Lowongan Kerja KAI Properti untuk 11 Posisi: Tersedia untuk Semua Jurusan
-
Cukai Tembakau Tidak Naik, Ini Daftar Saham yang Diprediksi Bakal Meroket!
-
BRI Peduli Salurkan Ambulance untuk Masyarakat Kuningan, Siap Layani Kebutuhan Darurat!
-
IHSG Cetak Rekor Pekan Ini, Investor Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia
-
Cara Hemat Rp 10 Juta dalam 3 Bulan untuk Persiapan Bonus Natal dan Tahun Baru!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?