Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan kerusuhan di Penjaringan, Jakarta Utara, tadi malam bukan karena semata persoalan politik. Kondisi ini terjadi karena semakin parahnya tingkat kesenjangan ekonomi yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Aksi 4 November lalu mulanya berjalan damai di sekitar istana, seluruh pihak berharap tidak terjadi kericuhan. Sangat disayangkan menjelang malam timbul aksi-aksi liar yang terjadi justru bukan di lokasi demo tapi di Penjaringan, Jakarta Utara. "Seluruh aparat, tokoh agama dan intelejen salah prediksi. Demo bukan ditunggangi ISIS, kepentingan asing atau politik pilkada, melainkan demo ditunggangi oleh kesenjangan," kata Bhima dalam keterangan resmi, Sabtu (5/11/2016).
Masalah kesenjangan lah yang memicu warga berduyun-duyun merusak dan menjarah isi minimarket. Memori di tahun 1998 nyaris kembali terulang. Keadaan nampaknya memang tidak banyak berubah sejak masa reformasi. Lihat misalnya angka kesenjangan antara si kaya dan miskin angkanya justru meningkat. 2 tahun sebelum pecahnya ledakan kerusuhan berbasis rasial pada tahun 1998 rasio gini berada diangka 0,35. Saat ini rasio gini per Maret 2016 tercatat 0,39. "Artinya kesenjangan justru makin melebar dan mengkhawatirkan," tutur Bhima.
Potret yang lebih detail bisa dilihat di Jakarta. Rasio gini Jakarta kini sebesar 0,41 tergolong tinggi dibanding daerah lainnya. Angka ini belum melihat kesenjangan pendapatan di wilayah Jakarta Utara yang jadi sumber huru-hara tanggal 4 kemarin.
Gambarannya sangat sederhana. Rumah mewah berdiri tegak di Pluit sementara itu 2 tahun terakhir banyak warga miskin yang mengalami penggusuran dan kehilangan pekerjaan. Aktivitas ekonomi yang timpang memicu kerusuhan di Penjaringan terlepas dari isu penistaan agama.
Kesenjangan memang ibarat bom waktu, terlebih perekonomian sedang mengalami kelesuan. Lapangan pekerjaan terus menyusut seiring dengan fenomena deindustrialisasi atau menurunnya porsi industri manufaktur terhadap total PDB. Saat ini porsi industri hanya dikisaran 20 persen dari total perekonomian. Jumlah perusahaan besar dan sedang juga mengalami penurunan tajam dari 25.694 di 2008 menjadi 23.744 perusahaan di 2014.
Daerah Penjaringan juga punya masalah terkait urbanisasi yang terus meningkat. Banyaknya warga pendatang ini akibat salah kelola perekonomian di daerah. Penjaringan merupakan miniatur betapa pembangunan antar wilayah masih timpang dan fokus pembangunan hanya di Jawa.
Kue pertumbuhan ekonomi sebagian besar masih berada di Jawa, porsinya kini nyaris 60 persen. Sementara itu daerah lain seperti Kalimantan Timur harus menanggung pertumbuhan negatif akibat terlalu bertumpu pada komoditas mentah seperti batu-bara, kelapa sawit dan migas.
Ketimpangan pembangunan antar wilayah jelas menjadi pra-kondisi kerusuhan di Penjaringan. Oleh karena itu jika masalahnya adalah ketimpangan tentu pendekatannya pun berbeda.
"Masalahnya Pemerintah sibuk mendudukkan perkara 4 november lalu dari kacamata politik dibandingkan bicara masalah kesenjangan. Yang jelas jika pembangunan yang tak merata masih terjadi dan keberpihakan Pemerintah terutama Pemerintah Daerah hanya kepada konglomerat, maka bom waktu kesenjangan dapat meledak kapan saja. Isu penistaan agama dan pilkada hanyalah cover untuk menutupi masalah sebenarnya, faktanya masyarakat sedang lapar!," tutup Bhima.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Jalur Langsa - Kuala Simpang Kembali Fungsional, Konektivitas Aceh-Sumut Berangsur Normal
-
Pemerintah Akui Harga Cabai Rawit Masih Tinggi di Nataru, Tembus Rp 60.000 per Kg
-
Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Meningkat Hampir Tiga Kali Lipat pada Nataru 2025/2026
-
Insentif Kendaraan Listrik Dihentikan, Untung atau Buntung?
-
Ingin Kuliah Singkat dan Siap Berkarier? Simak Cara Bergabung di Universitas Nusa Mandiri 2026
-
Cek Jembatan Kembar Margayasa Pascabencana, Kementerian PU Bakal Perkuat Tebing Batang Anai
-
Kemenkeu Ungkap Setoran Pajak Digital Tembus Rp 44,55 Triliun per November 2025
-
Bali Katanya Sepi, Tapi Kemenhub Ungkap Jumlah Penumpang Naik
-
Purbaya Resmi Tarik Pajak dari Pelanggan ChatGPT RI
-
Nadi Logistik Pulih! Jalur Khusus Bireuen Aceh Utara Kembali Terhubung, Ekonomi Lintas Timur Bangkit