Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Djaelani mengatakan aset industri asuransi nasional yang ditempatkan dalam bentuk investasi juga terus mengalami pertumbugan. Pada September 2016, nilai investasi industri asuransi tumbuh sebesar 1,91 persen (MtM) dari Rp739,03 triliun di bulan Agustus 2016 menjadi Rp753,11 triliun. Apabila dilihat dari portfolio investasinya dapat disampaikan bahwa perusahaan Asuransi jiwa yang memiliki kewajiban jangka panjang didominasi oleh instrumen pasar modal (saham, obligasi, SBN dan reksadana) sebesar 83,4 persen, sementara Asuransi umum yang memiliki kewajiban jangka pendek, secara portfolio investasinya didominasi oleh investasi yang likuid yaitu deposito (41,7 persen).
"Masih berdasarkan catatan kami sampai dengan September 2016 diketahui pula bahwa pendapatan premi industri asuransi mencapai Rp243,06 tiriliun, tumbuh sebesar Rp47,5T (24,3 persen) secara year on year. Industri asuransi jiwa memiliki pendapatan premi terbesar yang mencapai Rp95,6 triliun, diikuti oleh pendapatan premi dari perusahaan yang menyelenggarakan asuransi sosial sebesar Rp84,6 triliun, dan perusahaan asuransi umum yang mencapai Rp44,69 triliun," kata Firdaus dalam keterangan resmi, Rabu (7/12/2016).
Sementara itu, sampai dengan Bulan September 2016, tingkat penetrasi dan densitas industri asuransi kita baru mencapai 2,63 persen dari PDB dan Rp1,2 juta per tahunnya. Tingkat penetrasi dan densitas asuransi Indonesia ini masih relatif rendah apabila dibandingkan dengan negaranegara di kawasan. Tingkat penetrasi asuransi di negara Singapura, Malaysia dan Thailand mencapai lebih dari 5 persen.
Rendahnya penetrasi asuransi tentunya merupakan suatu peluang yang besar untuk digarap oleh para pelaku di industri jasa keuangan. Potensi ini juga semakin terbuka lebar dengan makin besarnya jumlah masyarakat yang tergolong middle income class dan lebih baiknya tingkat pendidikan masyarakat. Produk dan layanan “beyond banking” mulai dibutuhkan mereka, yang salah satunya adalah produk Asuransi.
Tidak dapat dipungkiri jika rendahnya tingkat penetrasi asuransi nasional disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena minimnya tingkat literasi asuransi di kalangan masyarakat Indonesia, keterbatasan kompetensi sumber daya manusia yang ahli di bidang asuransi, serta kurangnya kekuatan modal investor dalam negeri yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperluas jaringan para pemegang polis.
"Oleh karenanya, pengembangan terhadap industri asuransi merupakan tugas kita bersama dan harus dilakukan secara massive melalui langkah-langkah strategis dan komprehensif termasuk dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Industri asuransi Nasional. Kebutuhan sumber daya manusia yang handal sangat diperlukan karena dalam kegiatan usaha perasuransian melekat risiko-risiko yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan yang berpotensi menyebabkan kegagalan usaha," tutup Firdaus.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
Terkini
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Beda Jenjang Karier Guru PNS dan PPPK, Apakah Sama-sama Bisa Naik Jabatan?
-
Menkeu Purbaya Yakin Rupiah Menguat Selasa Depan
-
Pertamina Luruskan 3 Kabar Bohong Viral Akhir Pekan Ini
-
Lakukan Restrukturisasi, Kimia Farma (KAEF) Mau Jual 38 Aset Senilai Rp 2,15 Triliun
-
Bank Tanah Serap Lahan Eks-HGU di Sulteng untuk Reforma Agraria
-
Pindah Lokasi, Kemenhub Minta Pemprov Pastikan Lahan Pembangunan Bandara Bali Utara Bebas Sengketa
-
PLTP Ulubelu Jadi Studi Kasus Organisasi Internasional Sebagai Energi Listrik Ramah Lingkungan
-
Tinjau Tol PalembangBetung, Wapres Gibran Targetkan Fungsional Lebaran 2026
-
Harga Emas Antam Naik Lagi Didorong Geopolitik: Waktunya Akumulasi?