Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Tengah III yang meliputi Pati, Grobogan, dan Blora, Firman Soebagyo menyayangkan pemberitaan salah satu media nasional dan besar yang tidak berimbang mengulas isu pertembakauan.
Kata Firman, media seharusnya mampu bersikap imbang (cover both side) dalam mewartakan isu tembakau dengan perspektif lebih luas. Sebab, selama ini isu yang kerap didorong hanya aspek kesehatan.
"Saya kecewa media nasional yang harusnya memberikan pembelajaran kepada publik dengan memberitakan kebenaran dan obyektif, justru memberitakan berita yang ada unsur diskriminasinya dan tanpa disadari akan mematikan hidup orang lain, seperti petani dan pekerja tembakau," kata Firman di Pati, Jawa Tengah, Senin (6/3/2017) malam.
Firman menuturkan, bahwa dirinya pada Minggu (5/3/2017) siang diwawancara oleh wartawan Kompas. Firman yang menjelaskan secara substantif dan esensial tentang RUU Pertembakauan, ternyata sama sekali tidak masuk dalam pemberitaan kemarin, Senin (6/3/2017).
"Itu kan jelas bahwa memang arah pemberitaan Kompas sudah jelas bukan obyektifitas, tetapi unsur subyektifitasnya yang dikemukakan," kata Firman dengan kesal.
Sikap media yang hanya mementingkan kepentingan bisnis, menurutnya, selayakanya tidak patut dibaca oleh masyarakat (publik).
Jamak diketahui, bahwa gerakan anti tembakau yang secara masif tersebut semua itu dilatarbelakangi ada motif bisnis atau persaingan usaha dagang internasional antara industri farmasi dan industri pertembakauan.
Gerakan mereka, lanjut Firman, dibiayai oleh Blombeerg, Amerika Serikat. Dalih mereka berbasis riset yang secara sistemik akan mematikan industri tembakau, dan akan digantikan dengan produk sintesi buatan farmasi.
Baca Juga: Baleg DPR: Hanya Pemimpin Bodoh yang Matikan Industri Tembakau
"Kongkalikong seperti ini sudah cukup lama dinikmati oleh mereka, karena sudah terikat kontrak dan mendapatkan kucuran dana yang cukup besar mencapai jutaan US dolar," jelas Firman.
Tag
Berita Terkait
-
Baleg DPR: Hanya Pemimpin Bodoh yang Matikan Industri Tembakau
-
Kelompok Anti Tembakau Dituduh Matikan Industri Tembakau Nasional
-
Faisal Basri: Industri Rokok di Indonesia Sudah Alami Sunset
-
Dalam Dekade Terakhir, Pertembakauan Nasional Alami Titik Lesu
-
Ini 6 Tuntutan Komunitas Pecinta Kretek untuk RUU Pertembakauan
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
Terkini
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas
-
Anggaran Dikembalikan Makin Banyak, Purbaya Kantongi Rp 10 Triliun Dana Kementerian Tak Terserap
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga