Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan kewajiban kontribusi pengembang properti yang terlibat dalam proyek reklamasi Teluk Jakarta sebesar 15 persen dari keuntungan yang mereka peroleh. Kesepakatan tersebut muncul dari perjanjian pengembang dengan Gubernur DKI Jakarta terdahulu, Basuki Tjahaja Purnama.
"Angkanya cukup fantastis, sekitar Rp77,8 triliun. Menurut saya, angkanya jangan dikurangi karena pihak pengembang sudah mau," kata Luhut di Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Kontribusi itu akan disetorkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurutnya, dana itu sebaiknya tetap diterima oleh Pemprov DKI Jakarta yang kini dinahkodai oleh Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta. "Dana ini bisa dipakai untuk membangun infrastruktur yang diperlukan di pulau-pulau hasil reklamasi, untuk perikanan dan lain-lain sebagainya," jelasnya.
Namun kewajiban kontribusi 15 persen ini masih menjadi usulan dalam Raperda Reklamasi yang pernah diajukan oleh Ahok kepada DPRD DKI Jakarta. Pemerintah pusat sendiri sama sekali beluam mengeluarkan regulasi terkait besaran kontribusi pengembang dalam proyel reklamasi Teluk Jakarta.
"Sebetulnya itu bukan urusan saya. Itu urusan Pemprov DKI Jakarta dengan DPRD DKI Jakarta. Tapi kalau bermanfaat buat warga DKI Jakarta, menurut saya uang Rp77,8 triliun itu sebaiknya diterima," ujarnya.
Hitung-hitungan kontribusi 15 persen kepada pengembang proyek reklamasi dirumuskan oleh Ahok. Ahok mengacu pada dividen yang diberikan PT Pembangunan Jaya yang mengelola taman hiburan Ancol di Jakarta Utara selama 30 tahun. Perusahaan Ciputra ini memberikan keuntungan sebesar 20 - 40 persen kepada pemerintah Jakarta setiap tahun. Median dari persentase itu adalah 30 persen atau senilai Rp570 miliar.
Ahok menganggap nilai tersebut wajar karena Pembangunan Jaya memberikan dividen juga sebesar itu setiap tahun. Apalagi modal pembuatan pulau hanya Rp6 juta per meter persegi atau seperempat dari prediksi NJOP ketika dijual.
Kebijakan Ahok ini membuat para pengembang properti yang terlibat dalam proyek reklamasi Teluk Jakarta merasa keberatan. Mereka ingin kontribusi tambahan diturunkan menjadi 5 persen.
Baca Juga: Moratorium Reklamasi Dicabut Sebelum Anies Dilantik, Ini Sebabnya
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 5 Rekomendasi Bedak Cushion Anti Longsor Buat Tutupi Flek Hitam, Cocok Untuk Acara Seharian
- 10 Sepatu Jalan Kaki Terbaik dan Nyaman dari Brand Lokal hingga Luar Negeri
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 23 Kode Redeem FC Mobile 6 November: Raih Hadiah Cafu 113, Rank Up Point, dan Player Pack Eksklusif
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
MEDC Kini Bagian dari OGMP 2.0, Apa Pengaruhnya
-
Industri Pelayaran Ikut Kontribusi ke Ekonomi RI, Serap Jutaan Tenaga Kerja
-
Emiten CGAS Torehkan Laba Bersih Rp 9,89 Miliar Hingga Kuartal III-2025
-
Grab Akan Akuisisi GoTo, Danantara Bakal Dilibatkan
-
ESDM Kini Telusuri Adanya Potensi Pelanggaran Hukum pada Longsornya Tambang Freeport
-
Industri Biomassa Gorontalo Diterpa Isu Deforestasi, APREBI Beri Penjelasan
-
BEI Umumkan IHSG Sentuh All Time High Pekan Ini
-
Apakah Indonesia Pernah Redenominasi Rupiah? Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
SVLK Jadi Benteng Hukum Lawan Tuduhan Deforestasi Biomassa di Gorontalo
-
Terminal IC Bandara Soekarno-Hatta Kembali Beroperasi 12 November, Khusus Penerbangan Citilink