Suara.com - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Syafruddin mengatakan, sudah saatnya pemerintah untuk menghapus bahan bakar minyak dengan RON rendah seperti Premium.
Hal tersebut lantaran, bensin dengan RON rendha itu tidak cocok untuk mesin kendaraan bermotor saat ini dan membuat masyarakat menjadi lebih boros karena tidak mendapatkan BBM dengan kualitas yang baik.
“BBM RON rendah lebih boros dan berdampak negatif pada mesin. Penggunaan Premium seperti membohongi diri sendiri. Maka, sebaiknya Pemerintah menghapus saja,” kata Ahhmad dalam diskusi di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Ahmad menegaskan, penghapusan BBM RON rendah menuju BBM berkualitas tidak bisa ditawar lagi. Terlebih, sebenarnya kebijakan seperti itu sudah harus dilakukan sejak tahun 2005.
Namun, karena Pemerintah bersikap setengah hati dan ambigu yang antara lain karena faktor politis, maka peralihan tersebut belum juga dilakukan sampai saat ini.
“Tidak bisa dipungkiri pasti ada faktor politik disini, tapi pemerintah harus bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat, negara-negara tetangga saja bisa kok menghadirkan bbm standart Euro 4 tapi dengan harga yang terjangkau, kenapa Indonesia tidak? Ini harus blak-blakan alasannya yang jelas,” ujarnya.
Ahmad mencotohkan, Australia memperoleh BBM dengan harga yang lebih murah dan kualitas tinggi. Dalam tiga tahun terakhir Australia memperoleh BBM RON 95 dengan kadar belerang max 10 ppm pada rata-rata MOPS 0,59 dollar AS per litter atau setara Rp6 ribu per litter.
“Bahkan bensin ini memenuhi syarat Euro 6 loh. Kemudian Australia mendapatkan BBM jenis solar dengan kualitas untuk kendaraan berstandard Euro 6 dengan harga rata-rata 0,57 dollar AS per litter atau setara Rp5700 per litter ini harus jadi perhatian pemerintah,” ujarnya.
Dari aspek teknis, lanjut Ahmad, BBM RON rendah juga tidak sesuai lagi dengan standar kendaraan bermotor saat ini. Di tengah kebijakan Pemerintah dalam menerapkan standar emisi Euro-4, ternyata BBM RON rendah pun sudah tidak sesuai bagi standar emisi Euro-2.
Kendaraan dengan standar Euro-2 tersebut, lanjut Ahmad, minimal memilki Compression Ratio 9:1. Ambil contoh untuk sepeda motor matic sudah 9,5:1. Bahkan, mobil low cost green car (LCGC) seperti Datsun Go, Datsun Panca, Toyota Agya, Daihatsu Ayla, pun memiliki rata-rata CR 10:1.
“Untuk kendaraan dengan CR minimal 9:1 tersebut, harus diisi BBM dengan RON minimal 92. Jadi kalau diisi BBM berkualitas rendah, maka kendaraan tersebut akan rusak. Belum lagi, tingkat keborosan yang mencapai 20 persen. Jadi kami merekomendasikan kepada pemerintah untuk segera menghapus premium ini,” katanya.
Berita Terkait
-
5 Pilihan Matic dengan Konsumsi BBM Paling Irit, Bikin Lupa Jalan ke SPBU
-
5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
-
Viral BBM Bobibos, Kementerian ESDM Jelaskan Langkah Agar Bisa Dijual Bebas
-
5 Mobil dengan Fitur Kamera 360 Bawaan, Anti Panik Parkir dan Manuver di Jalan Sempit
-
Menko Airlangga Buka Peluang Swasta Bisa Ikut Impor BBM dan LPG dari AS
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
Terkini
-
BLT Kesra Cair Berapa Kali Tahun 2025? Ini Update Terkini dari Pemerintah
-
Bank-Pindar Mulai Kolaborasi Suntik Akses Kredit ke UMKM Lewat Teknologi Canggih
-
Intip Bahan Baku dan Pembentukan Energi Terbarukan Biomassa, Apa Merusak Lingkungan?
-
Laba BRMS Diprediksi Melejit, Target Harga Saham Meningkat
-
Biaya Haji Turun, OJK Minta Bank Jemput Bola Jaring Nasabah
-
Jaring Investor AS, MedcoEnergi (MEDC) Resmi Diperdagangkan di OTCQX
-
BUMN Dapen Jamin Transparansi Pengelolaan Dana
-
MNC Bank-Nobu Batal Kawin, OJK: Harapannya Tetap Fokus Target Pertumbuhan
-
BRI Manajemen Investasi Catatkan KIK EBA Syariah Perdana di Indonesia
-
Daftar Rincian Diskon Tarif Transportasi untuk Libur Akhir Tahun