Suara.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan, dalam membuat kebijakan suku bunga acuan, pihaknya BI tidak bergantung pada Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) alias The Fed.
Ia menuturkan, BI dalam membuat kebijakan suku bunga acuan justru bergantung kepada data perekonomian atau data dependence.
"Jika bicara kebijakan preemtif, jangan pernah berpikir BI berhadap-hadapan dengan The Fed, karena BI bergantung kepada data," ujar Dody dalam acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional, di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (17/11/2018).
Pernyataan Dody menyusul keputusan BI yang menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen pada Kamis (15/11/2018).
Dody menuturkan, sebelum memutuskan kebijakan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR), pihaknya mendedah data perekonomian.
Tak hanya itu, Dody mengatakan ketika The Fed menaikkan suku pada pertengahan tahun 2018, BI tidak ikut menaikkan suku bunga acuan.
Sebab, kata Dody, tidak ada urgensi untuk menaikkan suku bunga acuan pada medio 2018.
"Seperti kita lihat, pada saat The Fed menaikkan suku bunga acuan pada pertengahan tahun 2018. Kami (BI) tidak ikut menyesuaikan, karena berdasarkan data tidak ada urgensi untuk ikut menaikkan," kata dia.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 14-15 November 2018 memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen.
Baca Juga: Sindir Poster Jokowi, Fadli Zon: Ini Bahayanya Petruk Jadi Raja
Sebelumnya, BI menaikkan suku bunga BI7DRRR pada September 2018 sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.
"Dengan mempertimbangkan ekonomi global, Rapat Dewan Gubernur pada 14-15 November 2018 untuk menaikan 0,25 persen BI 7-Day Reverse Repo Rate menjadi 6,00 persen " ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis (15/11/2018).
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
-
Kapasitas PLTP Wayang Windu Bakal Ditingkatkan Jadi 230,5 MW
-
Pembeli Kripto Makin Aman, DPR Revisi UU P2SK Fokus ke Perlindungan Nasabah