Suara.com - Tak disangka-sangka rupanya warga China gemar mengkonsumsi buah manggis asal Sukabumi Jawa Barat. Hal tersebut dibuktikan dengan angka volume ekspor buah manggis yang terus meningkat.
Bahkan disebut-sebut, ekspor buah manggis asal Sukabumi paling banyak masuk ke China dibandingkan buah manggis asal negara lain di Asia Tenggara.
"Sukabumi mempunyai beberapa sentra manggis seperti di Kecamatan Cikembar, Cicantayan dan Gunungguruh. Untuk di Kecamatan Gunungguruh, Desa Cibolang menjadi sentra produksi manggis yang mayoritas diekspor ke China," kata Kepala Desa Cibolang Pepen Supendi.
Biasanya pada musim panen seperti ini rata-rata setiap harinya ekspor untuk ke China saja mencapai 10-15 ton, bahkan jika di puncak musim panen jumlah ekspornya bisa lebih melonjak.
Permintaan ekspor dari China selalu tidak terbatas atau unlimited seberapa banyak manggis yang dikirim akan diterima, apalagi mendekati Imlek.
China menjadi salah satu negara paling banyak meminta pasokan manggis dari Sukabumi karena buah ini dianggap buah terbaik untuk sesaji.
Untuk harganya pun fluktuatif, tetapi bisa dikatakan standar. Namun, jika permintaan melonjak ditambah pasokan manggis dari negara lain ke China sedikit atau terbatas maka harganya melonjak bisa mencapai Rp 50 ribu/kg.
Untuk kualitas manggis yang diekspor tentunya harus super, seperti tidak ada bercak dibuahnya, tangkai buah harus ada, serta daun buah yang jumlahnya empat tidak boleh ada yang tercabut dan kering.
"Ekspor manggis dari Sukabumi tidak hanya ke China saja, tetapi beberapa negara lain pun meminta seperti negara di Timur Tengah dan Taiwan, hanya yang membedakan adalah size atau ukuran," tambahnya.
Baca Juga: Napi Lapas Lampung Tonton Live Istri Mesum dengan Ayah dan Banyak Pria
Di Sukabumi ada sekitar 50 hektare kebun manggis, yang sekitar 30 persen dari 8.900 jiwa warganya menjadi petani manggis sejak puluhan tahun lalu.
Salah seorang petani manggis di Desa Cibolang Jumin menuturkan, untuk awal panen di Januari ini rata-rata setiap harinya produksi manggis sekitar 200 kuintal, tapi jika sudah masuk puncak panen biasanya di Februari mencapai satu ton setiap harinya.
"Rata-rata masa panen Januari hingga Februari, tetapi jika kondisi pohon berbuahnya lebat dan petani tidak cepat-cepat memanen masa panen bisa sampai April," tambahnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok