Suara.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo membeberkan alasan nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Perry mengatakan, lemahnya rupiah terhadap dolar AS, lebih karena faktor eksternal.
Perry menerangkan, alasan pertama karena ekonomi AS makin membaik. Hal ini didorong dari kinerja sektor manufaktur yang gemilang.
"Kedua yang terjadi di Eropa sebaliknya, pertumbuhan ekonomi lebih rendah, inflasi rendah. Jadi di satu sisi tadi nomor satu ekonomi AS dorong dolar menguat. Di sisi lain di Eropa ekonomi yang lemah dorong eropa melemah. Sehingga ini mendorong semakin kuatnya mata uang dolar terhadap berbagai mata uang dunia," kata dia saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2019).
Perry melanjutkan, alasan ketiga kenaikan harga minyak dunia juga mendorong permintaan dolar AS. Kenaikan harga minyak ini karena adanya sanksi terhadap Venezuela.
"Keempat faktor risiko geopolitik, memang seminggu terakhir lebih negatif seperti tidak tercapai kesepakatan AS dan Korea Utara. Kemudian ketidakjelasan brexit dan kehausan politik lainnya," tutur dia.
"Empat faktor ini ada tekanan mata uang diberbagai belahan dunia sebab faktor global termasuk dalam beberapa hari ini ada tekanan rupiah. Saya tegaskan tekanan rupiah lebih banyak karena faktor eksternal dan faktor domestik semuanya bagus," Perry menambahkan.
Sementara itu, dari sisi internal malah memberikan sentimen yang positif terhadap rupiah. Hal ini terlihat dari inflasi yang rendah.
"Jadi bagaimana BI menyikapi, tentu saja kita akan terus berada di pasar. kita liat mekanisme pasar suplai demand terus berjalan baik dan terus kita pantau di pasar dan komitmen kami jaga stabilitas nilai tukar sesuai fundamental," pungkas dia.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah pada Jumat berada di level Rp 14.223 per dolar AS. Posisi itu melemah bila dibandingkan pada Rabu sebelumnya yang berada di level Rp 14.129 per dolar AS.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina